Jerman Memperketat Aturan Penarikan Dana Tunai oleh Pemerintah Iran

Otoritas perbankan di Jerman dikabarkan memperketat kebijakan penarikan dana tunai berjumlah besar yang hendak dilakukan oleh pemerintah Iran.

oleh Afra Augesti diperbarui 05 Agu 2018, 14:04 WIB
Bendera Jerman (AFP PHOTO via capitalfm.co.ke)

Liputan6.com, Berlin - Menyikapi upaya penarikan dana besar-besaran oleh Iran, serta tekanan dari AS dan negara-negara Sekutu terhadap transakasi ekonomi Negeri Persia, otoritas bank sentral Jerman pun menetapkan perubahan kebijakan pengawasan terhadap aliran uang tunai, dari dan ke negara tersebut. 

Dikabarkan bahwa Iran ingin menarik sekitar 300 juta euro (setara Rp 5 triliun) yang ditanam di European-Iranian Trade Bank menjelang pemberlakuan sanksi-sanksi baru Amerika.

Di lain sisi, sebagaimana dikutip dari VOA Indonesia pada Minggu (5/8/2018), otoritas perbankan di Jerman sedang mengkaji permintaan itu.

Perubahan syarat dan ketentuan bisnis yang akan mulai berlaku tanggal 25 Agustus ini memungkinkan Bundesbank --bank sentral Jerman-- memblokir pemindahan uang tanpa jaminan, dikarenakan hal itu dinilai sebagai transaksi yang melanggar sanksi keuangan atau aturan pencucian uang.

Duta Besar Amerika Richard Grenell mengatakan negaranya berterima kasih kepada pemerintah Jerman "karena mengakui perlunya bertindak. Aktivitas Iran yang mengganggu di seluruh Eropa menjadi keprihatinan bersama."

 

Simak video pilihan berikut:

 


Ancaman Latihan Perang Besar

Ilustrasi kapal perang Iran (AP)

Sementara itu, beberapa pejabat Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa Garda Revolusi Islam Iran diperkirakan akan segera memulai latihan angkatan laut masif, yang dapat menunjukkan kemampuannya untuk menutup Selat Hormuz, saluran penting untuk pasokan energi global via Teluk Persia.

Ditambahkan oleh pejabat terkait, yang mengaku dekat dengan sumber penilaian terbaru dari gerakan pasukan Garda Revolusi, bahwa latihan tersebut kemungkinan dimulai dalam waktu dekat.

"Kami menyadari peningkatan operasi angkatan laut Iran di Laut Arab, Selat Hormuz dan Teluk Oman. Kami memantau dengan seksama, dan akan terus bekerja sama dengan mitra kami untuk memastikan kebebasan navigasi dan aliran bebas perdagangan di saluran air internasional itu," ujar Kapten William Urban, juru bicara utama Komando Pusat AS, sebagaimana dikutip dari CNN pada Kamis 2 Agustus.

Selat Hormuz sendiri menghubungkan Teluk Persia dengan Laut Arab. Biro Informasi Energi AS menyebutnya sebagai titik pengawasan transit minyak Bumi paling penting di dunia, di mana 20 persen dari total perdagangan migas global berjalan melalui selat yang lebarnya sekitar 30 mil (setara 48 kilometer) pada titik tersempitnya.

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya