Serangan Drone Bermuatan Bahan Peledak Terjadi Saat Presiden Venezuela Pidato

Presiden Venezuela Nicolas Maduro dilaporkan selamat dari serangan drone bermuatan bahan peledak di Caracas, Sabtu 4 Agustus 2018 kemarin.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 05 Agu 2018, 11:02 WIB
Presiden Venezuela Nicolas Maduro dan istrinya Cilia Flores (AFP Photo/Federico Parra)

Liputan6.com, Caracas - Sebuah drone dilaporkan meledak di tengah pidato Presiden Venezuela Nicolas Maduro di ibu kota Caracas. Tidak ada satupun korban tewas, kecuali tujuh orang tentara yang terluka.

Menteri Komunikasi Jorge Rodriguez mengatakan insiden tersebut merupakan upaya serangan berbahaya bagi keselamatan hidup presiden.

Dikutip dari BBC pada Minggu (5/8/2018), Presiden Maduro terlihat berbicara di sebuah upacara militer, ketika dia dan pejabat lainnya tiba-tiba melihat ke atas dan terkejut oleh serangan drone yang mendadak. Sistem audio pun sempat terputus oleh kepanikan tersebut.

Puluhan tentara Venezuela terlihat berusaha melindungi presiden dan audiens yang panik menyelamatkan diri, sesaat sebelum agenda yang disiarkan secara langsung itu dihentikan sepihak.

Dalam cuplikan rekaman televisi, sempat terdengar beberapa kali suara tembakan keras dari udara, di tengah teriakan panik para hadirin.

Menteri Rodriguez mengatakan serangan itu terjadi ketika Presiden Maduro menyampaikan pidato dalam rangka ulang tahun ke-81 tentara Venezuela.

Dua buah drone bermuatan bahan peledak menyerang di dekat panggung tempat Presiden Maduro berpidato. Pihak oposisi sayap kanan negara itu dituding bertanggung jawab terhadap insiden tersebut, meski belum ada konfirmasi langsung dari pihak terkait.

"Setelah kehilangan suara, mereka (oposisi) gagal lagi," kata Rodriguez. Dia mengacu pada pemilihan presiden pada Mei lalu, di mana Maduro terpilih kembali sebagai presiden Venezuela untuk masa enam tahun ke depan.

Menteri Rodriguez juga mengatakan bahwa para prajurit yang terluka sedang dirawat di rumah sakit, sementara presiden bertemu menteri dan komandan militernya untuk membahas serangan tiba-tiba itu.

Sebelumnya, pada Juni 2017, sebuah helikopter menyerang dan menjatuhkan granat di area gedung Mahkamah Agung Venezuela.

Oscar Pérez, seorang pilot elit helikopter, mengklaim sebagai pelaku serangan, dan secara terbuka menyerukan rakyat Venezuela untuk bangkit melawan pemerintah Presiden Maduro.

Dia dibunuh oleh polisi dalam pengepungan dekat Caracas pada bulan Januari.

 

Simak video pilihan berikut:


Pemerintahan Presiden Maduro Tuai Kecaman

Presiden Nicola Maduro di hadapan rakyat Venezuela - AFP

Sejak berkuasa menggantikan pendahulunya, Hugo Chavez, pada 2013, pemerintahan Presiden Maduro telah memicu kecaman luas dari serangkaian negara di seluruh dunia, karena dinilai merongrong demokrasi dan melanggar hak asasi manusia.

Pihak oposisi menilainya sebagao seorang lalim yang kejam, di mana kerap menahan saingan politiknya dengan tuduhan yang terlaku keras dan ditekan oleh pengadilan di bawah kendali partainya.

Namun di sisi lain, para pendukung Maduro mengatakan bahwa sang presiden telah berusaha melindungi Venezuela dari ancaman kudeta lain.

Kembali terpilihnya Maduro sebagai presiden pada Mei lalu, terjadi di tengah krisis ekonomi mendalam yang membuat jutaan penduduk Venezuela terlibat kesulitan ekonomi di negara kaya minyak itu.

Di lain pihak, kelompok pendukung Presiden Maduro mengatakan bahwa gonjang-ganjing di Venezuela disebabkan bukan oleh pemerinthan, melainkan oleh tekanan kekuatan imperialis, seperti Amerika Serikat dan sekutunya.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya