Yusuf Supendi: Hidup Jangan Asal Lawan Arus

Selain demi kebaikan dunia dan akhirat, Yusuf menegaskan, sebagai politisi muslim, melawan arus merupakan suatu kewajiban yang tidak bisa ditolak.

oleh Muhammad Ali diperbarui 05 Agu 2018, 13:12 WIB
Yusuf Supendi saat diwawancarai. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - KH Yusuf Supendi (60) berpulang di tengah persiapannya menjadi caleg PDI Perjuangan pada Jumat 3 Agustus lalu. Beberapa hari sebelum wafat, salah satu pendiri PKS ini sempat bicara tentang tentang kebaikan di akhirat.

Dalam wawancara oleh Zelda Savitri, Yusuf Supendi sempat bercerita tentang hasil ijtihad politiknya yang melawan arus, dari jalur Islam politik ke jalur nasionalis. Namun, baginya melawan arus adalah sebuah keniscayaan manusia.

“Tapi jangan asal melawan arus, tentu demi kebaikan. Dalam hal ini kebaikan dunia dan akhirat,” kata Yusuf menjawab pertanyaan Zelda Savitri, seperti ditayangkan akun Youtube ‘TalkZShow by Zelda Savitri, yang dikutip Liputan6.com, Minggu (4/8/2018).

Selain demi kebaikan dunia dan akhirat, Yusuf menegaskan, sebagai politisi muslim, melawan arus merupakan suatu kewajiban yang tidak bisa ditolak.

“Justru dalam melawan arus itu dalam rangka pengristalan. Mana yang baik, mana yang buruk, gitu kan? Namun bagi saya sih ini bukan (sekadar) urusan melawan arus, tapi ini merupakan isi hati nurani,” ujar Yusuf.

“Apa yang dikatakan nurani Anda saat memutuskan ini (jalur nasionalis)?” tanya Zelda Savitri.

Menjawab pertanyaan itu, Yusuf mengutip kitab dari Imam Qurtubi yang sering dia baca. “Maka ketika menjelaskan surat Ali Imran ayat 79, alladzi ajma’ul illalilmil bashara bi siyasatih, yaitu mumpuni dalam ilmu pengetahuan dan mapan dalam perpolitikan. Seorang hamba Allah, hamba Tuhan, politik itu bukan ala kadarnya sebagai pekerja politik ya. Harus menguasai perpolitikan itu,” tegas Yusuf.

Yusuf mengakui memang dia bergabung PDI Perjuangan di waktu-waktu terakhir jelang pendaftaran bakal caleg. “Namun kajian-kajian itu sangat panjang, sangat panjang. Saya mencermati peta politik sebelum pilkada, setelah pilkada. Banyak teman teman yang mendorong saya bahwa Pak Yusuf itu harus aktif kembali di politik,” ujarnya.

Soal berlabuh ke PDI Perjuangan, Yusuf menyatakan itu soal pilihan. Langkah itu yang dalam termilonologi Islam disebut ijitihad.

“Tentu, melihat pilihan ini kalau dalam bahasa Islam itu ‘ijtihad’. Setelah mendapatkan doa restu dari ibu dan didukung dengan keluarga maka saya Bismillah Tawakkaltu’alallah, saya menentukan pilihan itu ke PDI Perjuangan, last minute. Tanggal 9 Juli 2018,” ungkap Yusuf Supendi.

 


Pribadi Sederhana

Puluhan pengemudi ojek online antarkan Yusuf Supendi ke pemakaman. (Liputan6.com/Ady Anugrahadi)

Dari wawancara terakhir itu, Zelda Savitri mengaku terkesan dengan kesahajaan Yusuf Supendi. Saat memenuhi undangan wawancara itu, kata Zelda, Yusuf datang bersama anaknya, Ayub.

“Waktu itu dari subuh beliau sudah melayani wawancara beberapa TV. Waktu giliran kita mau wawancara ada wartawan yang datang habis ngikutin dia, lalu dia bilang ‘tunggu ya nggak apa-apa kan saya wawancara sama dia dulu sebentar aja, kasihan dia udah nungguin saya dari pagi’,” kenang Zelda.

Saat mulai diwawancari Zelda, Yusuf juga sangat ramah dan berusaha untuk mengingat semua nama kru,

“Orangnya sederhana, kalau menjelaskan sesuatu itu runut. Jadi sama dia ga dibuat ribet. Tutur katanya pun halus, dan dia bena-benar niat mau jelasin,” ujar Zelda.

Saking niatnya menjelaskan sesuatu, kata Zelda, bahkan Yusuf sempat menitipkan sejumlah buku kepadanya untuk dijadikan bahan referensi. “Supaya bisa disampaikan ke publik,” ujar mantan presenter Metro TV ini.

 

Saksikan tayangan video menarik berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya