Ketika Warga Binaan Lapas 'Tertular' Demam Poco-Poco

Semarak tari poco-poco dirasakan seluruh warga Indonesia, tidak terkecuali warga yang berada di balik tembok lembaga pemasyarakatan.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Agu 2018, 16:01 WIB
Ilustrasi penjara (iStock)

Liputan6.com, Bengkalis - Hari ini, Minggu (5/8/2018), warga Indonesia tengah bersuka-cita ikut bergoyang poco-poco dalam rangka meramaikan pemecahan rekor dunia The Poco-Poco Dance Guinness World Records (GWR) 2018. Presiden dan warga Jakarta melakukan senam poco-poco di Lapangan Monas sebagai pusat acara tersebut.

Namun, di sejumlah daerah, warga ikut berpartisipasi untuk memecahkan rekor dunia itu. Tidak terkecuali, warga binaan yang tengah menjalani masa hukuman di lembaga pemasyarakatan.

Sebanyak 120 warga binaan lembaga pemasyarakatan Kelas II A Bengkalis, Riau, melakukan senam poco-poco sebagai wujud keikutsertaan memecahkan rekor dunia The Poco-Poco Dance Guinness World Records (GWR) 2018.

Bersama dengan 65.000 orang di seluruh Indonesia, warga binaan pemasyarakatan Bengkalis yang dilatih oleh instruktur senam Pemkab Bengkalis Wansyafrida, melakukan tarian khas Sulawesi Utara ini tepat pukul 06.49 WIB dan disiarkan secara langsung (live streaming) dan terkoneksi dengan senam poco-poco yang dilakukan di Monas, Jakarta.

"Alhamdulillah, meski tak sampai sepuluh menit, namun tampilan para warga binaan Lapas Kelas II A Bengkalis, tetap memukau dan bersemangat ikut serta memecahkan rekor senam poco-poco" ungkap instruktur senam, Wan Syafrida, Minggu, dilansir Antara.

Awalnya, saat mulai mengajar senam para warga binaan di Lapas Kelas II A Bengkalis, ia merasa khawatir bahwa mereka akan berperilaku menyeramkan dan sulit diatur.

Namun ternyata, lanjut dia, selama ia mengajar, warga binaan tampak kompak dan senang diatur. Dia mengatakan, untuk tampil maksimal, 120 warga binaan ini dilatih selama 15 hari, mulai hari Senin hingga Sabtu dari pukul 08.00 hingga 10.00 WIB.

"Alhamdulillah, dengan latihan berdurasi 30 jam, selama 15 hari, teman-teman warga binaan bisa tampil maksimal," ungkap Wan Syafrida.

Kepala Lapas Kelas II A Bengkalis, Agus Priatiatno, mengaku bersyukur atas terselenggaranya kegiatan ini.

Menurutnya, kegiatan ini selain sebagai arahan dari pimpinan pusat, juga untuk menggalakkan lagi olahraga di lingkungan warga binaan lapas kelas II A Bengkalis.

"Ini untuk menyehatkan pikirannya, jasmaninya, dan rohaninya, sehingga warga binaan ini bisa juga berkegiatan seperti masyarakat di luar lapas, " kata Kalapas.

 

Simak video pilihan berikut ini:


120 Ribu Warga Lapas Ikut Berpoco-poco

Peserta menari Poco-Poco dalam rangka memecahkan rekor Guinness World Records di Lapangan Monas, Jakarta, Minggu (5/8). Sebanyak 61 ribu orang dari berbagai golongan berpartisipasi memecahkan rekor menari Poco-Poco. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Warga Binaan Pemasyarakatan Rumah Tahanan Kelas II B Putussibau, Kapuas Hulu Kalimantan Barat pun turut serta memecahkan rekor dunia dan rekor Muri Senam Poco-Poco Nusantara 2018.

"Kita diharapkan menjadi pelaku sejarah rekor dunia untuk senam poco-poco, kita pertahankan budaya kita karena senam poco - poco miliknya Indonesia," kata Kepala Rutan Kelas II B Putussibau, Mulyoko kepada Antara, Minggu (5/8/2018).

Mulyoko menjelaskan, di kalangan lapas diikuti oleh 120 ribu dari 142 Rutan se-Indonesia, tetapi secara umum keseluruhan peserta sebanyak 65 ribu peserta yang di pusatkan di Jalan MH Thamrin, Jakarta.

Ia mengatakan senam poco-poco nusantara itu program pemerintah melalui Kementerian Olahraga dan Kementerian Hukum dan HAM, sehingga lapas juga ikut berpartisipasi.

"Untuk di Rutan Putussibau ada 60 peserta dari 162 warga binaan," jelas Mulyoko.

Dirinya berharap melalui senam poco-poco Nusantara itu dapat menjadikan seni dan budaya Indonesia tidak di akui negara lain. Karena menurut Mulyoko, senam poco-poco itu asli punya Indonesia yang harus dipertahankan.

"Kita harus mengenali budaya kita jangan sampai justru diakui sebagai budaya negara asing," kata Mulyoko.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya