Liputan6.com, Jakarta - Mantan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Said Didu menceritakan pengalaman soal kasus kehilangan barang di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. Menurutnya, petugas Angkasa Pura II yang menjadi pengelola bandara terbesar di Indonesia tersebut memberikan pelayanan yang sangat profesional.
Said mengatakan, pada Jumat 3 Agustus 2018 lalu ia mengalami musibah kecil yaitu hehilangan telepon genggam (handphone) karena tertinggal di atas ATM pintu keluar terminal 1 B Bandara Soekarno Hatta (Bandara Soetta) sekitar pukul 11.45 WIB.
Ia baru teringat bahwa handphone tertinggal 10 menit kemudian dan kembali mencari ke ATM tersebut. Sayangnya, handphone tersebut sudah tidak ada.
Baca Juga
Advertisement
"Saya menanyakan kepada satpam yang berada di sekitar area ATM tersebut, tanpa menanyakan identitas saya, dengan ramah menyapa dan melayani keluhan saya," kata dia, Minggu (5/8/2018).
Satpam tersebut menghubungi teman yang lain untuk membantu membuka akses ke CCTV. Sekitar satu menit kemudian, Topik yang adalah satpam yang menghubungi CCTV datang dan meminta saya direkam di CCTV mungkin untuk bahan penyelidikan kejadian.
Sekitar 7 menit kemudian, Topik menjelaskan bahwa sesuai rekaman CCTV adalah benar bahwa Said Didu ketinggalan handphone di atas mesin ATM dan CCTV menunjukkan bahwa setelah Said menggunakan ATM tersebut, pengguna ATM berikutnya seorang laki-laki masih muda yang berumur sekitar 20 tahun yang mengambil handphone tersebut dan memasukkan ke tas selempang dia terus pergi ke tempat mobil.
Setelah ditelusuri, orang yang mengambil handphone tersebut menuju ke pos bus Damri dan petugas kehilangan jejak. Artinya hanya dalam waktu 10 menit sudah dapat kesimpulan awal untuk menentukan langkah berikutnya.
Said mengatakan, secara ekonomi, nilai handphone tersebut tidak terlalu besar. Namun data yang ada dalam handphone tersebut tidak bisa dinilai secara ekonomi. Dalam handphone tersebut terdapat banyak komunikasi yang sangat bernilai bahkan banyak yang bersifat rahasia.
Topik-topik diskusi dan data tentang hal-hal strategis seperti alat pertahanan dan keamanan (alpalhankam), mafia migas, mafia tambang, kasus TKA Ilegal, bahkan kasus-kasus korupsi yang sedang hangat dibicarakan terekam pada diskusi dengan pihak-pihak tertentu handphone tersebut.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pencarian Dimulai
Karena nilai strategis handphone tersebut maka dengan sangat berat saya menghubungi Direktur Utama dan Komisaris Utama PT Angkasa Pura II Bapak Awaluddin dan Rheinal Kasali. Atas laporan tersebut Tim Angkasa Pura II berkoordinasi dengan Polres Bandara Soekarno Hatta. Tim mulai bergerak jam 11.15 WIB.
Walau sudah memiliki foto pelaku yg terekam CCTV, permasalahan yang dihadapi untuk mencari ini bagaikan mencari jarum dalam tumpukan jerami. Sebagaimana diketahui bahwa bandara adalah tempat pergerakan manusia dari dan menuju berbagai penjuru kota bahkan dunia.
Data menunjukkan bahwa pergerakan manusia di Bandara Soekarno Hatta 200 ribu orang per hari dengan jumlah penerbangan 1.300 penerbangan. Artinya untuk mencari nama satu orang harus menelusuri di antara 200 ribu orang. keberadaannya memungkinkan berasal atau berada di ratusan kota yang datang dan pergi dari Bandara Soekarno Hatta.
Suatu pekerjaan yang sangat rumit. Butuh kesabaran, doa, dan kemujuran untuk bisa menemukan identitas dan posisi keberadaan orang tersebut.Walaupun sudah memiliki foto orangnya tapi perlu berhati-hati untuk membuka ke publik demi menyelamatkan barang bukti dan bagi saya juga pertimbangan kemanusiaan akan nama baik.
Advertisement
Pelacakan Identitas Pelaku
Awalnya pihak Angkasa Pura II dan polisi Bandara memiliki alternatif yang mungkin lebih mudah mengetahui identitas pelaku dengan meminta data pribadi dari Bank Mandiri terhadap yang melakukan transaksi dan mengambil hp tersebut.
Ternyata setelah melakukan penelusuran, termasuk komunikasi saya dengan Pimpinan Bank Mandiri Pusat, ternyata orang tersebut melakukan transksi tidak menggunakan kartu ATM Bank Mandiri, tetapi menggunakan kartu ATM salah satu Bank Pembangunan Daerah lewat ATM bersama Bank Mandiri.
Persoalan menjadi lebih rumit krn Tim harus menghubungi BPD yang jam kantornya sudah tutup dan berada di Pulau Sumatera sehingga harus menunggu buka kantor hari Senin tanggal 6 Agustus.
Tim Angkasa Pura II dan polisi mencoba menelusuri pergerakan pelaku tersebut selama di Bandara. Dari penelusuran terlihat bahwa pelaku adalah penumpang yang keluar dari terminal kedatangan 1 B. Perlu diketahui bahwa semua pergerakan orang di Bandara terekam lewat CCTV.
Persoalan belum selesai karena banyak sekali kedatangan pesawat dari berbagai daerah yang mendarat di Terminal 1 B. Kemujuran kembali datang saat pelaku terlihat di CCTV menunggu bagasi di conveyor penerbangan Lion Air dari Pekanbaru. Artinya tinggal mencari siapa nama penumpang tersebut.
Selanjutnya, pihak Angkasa Pura II dan polisi berkoordinasi dengan pihak Lion Air dan pengelola Bandara Pekanbaru untuk menemukan identitas pelaku.
Pihak Lion Air memberikan data penumpang pesawat tersebut tapi belum cukup bahan untuk mengetahui data pribadi pelaku.
Lewat kerjasama dengan bandara Pekanbaru - termasuk rekaman CCTV - diketahui nama pelaku.
Hanya Butuh Waktu 7 Jam
Setelah nama pelaku diketahui, tim mengalami kesulitan karena pelaku meninggalkan Bandara tidam terekam kendaraan yang digunakan. Tim mencoba menelusuri keberadaan pelaku dari media sosial.
Dari penelusuran tersebut, jam 19.00 malam, Tim sudah mengetahui bahwa pelaku berada di wilayah pinggiran Jakarta Timur.
Ini juga diketahui dari keberadaan hanphone yang digunakan saat memesan tiket. Artinya tim bisa menemukan satu orang yang dicari identitas dan keberadaannya diantara 200 ribu orang hanya butuh waktu 7 jam.
Atas kepastian data dan keberadaan pelaku, pihak polres Bandara berkoordinasi dengan Polres tempat pelaku berada. Pelaku dijemput sekitar jam 22.00 WIB dan dibawa ke Polres Bandara untuk dilakukan BAP (Berita Acara Peneriksaan).
"Sebagai pelapor saya juga berangkat ke Polres Bandara dan pembuatan BAP, termasuk BAP saya sebagai pelapor selesai jam 02.00 pagi," kata Said.
Ia pun bertemu pelaku di kantor polisi, yang ternyata adalah seorang mahasiswa. "Bagi saya sebagai korban, sikap saya bahwa saya memaafkan pelaku," kata dia.
Menurut Said, dari pengalaman tersebut terjadi lompatan besar kultur pelayanan yang terjadi di Bandara oleh Angkasa Pura II yaitu dari kultur penguasa bandara menjadi kultur pelayan pengguna bandara.
Ini terlihat saat saya dilayani oleh saudara Topik (satpam Bandara) yang hanya butuh waktu tujuh menit untuk mengetahui status keberadaan handphone yang hilang dan hanya butuh waktu tujuh jam oleh Tim Angkasa Pura II untuk mengetahui identitas dan keberadaan pelaku.
"Kepada semua pihak saya berharap agar jangan coba-coba melakukan kegiatan terlarang di area Bandara karena anda akan mudah terlacak," pesan Said.
Advertisement