Liputan6.com, Lombok - Menteri Hukum dan Urusan Dalam Negeri Singapura, K Shanmugam, mengatakan pada Senin 6 Agustus 2018, bahwa ia dan delegasi Singapura masih menunggu penerbangan keluar dari pulau wisata itu setelah gempa Lombok berkekuatan 7,0 skala Richter mengguncang.
Gempa Lombok yang kuat itu terjadi pada Minggu petang dan menewaskan sedikitnya 82 orang serta melukai ratusan lainnya. Ribuan bangunan juga dilaporkan rusak.
Dikutip dari Channel News Asia pada Senin (6/8/2018), Menteri Shanmugam sempat mengunggah beberapa foto di akun Facebook-nya, yang memperlihatkan dampak pasca-gempa di kamar hotel tempatnya menginap.
Baca Juga
Advertisement
Pada Senin pagi, Menteri Shanmugam kembali mengabarkan perkembangan terkini kondisi pasca-terjadinya gempa Lombok. Dijelaskan bahwa banyak orang memilih berdiam di luar ruang hingga matahari terbit.
"Setelah menunggu di pinggir jalan, kami pergi ke hotel lain, namun pihak hotel tidak menyarankan untuk membuka kamar di bangunan bertingkat," ujar Menteri Shanmugam.
"Akhirnya kami memutuskan pergi ke bandara, dan menunggu di pos polisi setempat. Para petugas polisi di sana baik hati," lanjutnya seraya menyebut bandara dalam kondisi kacau, dipenuhi oleh banyak orang.
Kepada media, Menteri Shanmugam mengatakan bahwa ia dan delegasinya hanya mengambil barang-barang paling penting, dan sesegera mungkin meninggalkan kamar hotel. Adapun benda pribadi yang masih tersisa di hotel akan diambil oleh timnya hari ini.
Getaran gempa Lombok disebut terasa hingga pulau Bali, ujung timur pulau Jawa, dan pesisir barat Pulau Sumbawa Besar.
Simak video pilihan berikut:
Seluruh Delegasi Asing dalam Kondisi Aman
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko polhukam) Wiranto telah memastikan bahwa seluruh tamu undangan dari delegasi sejumlah negara pada agenda Sub Regional Meeting on Counter Terrorism, dalam kondisi aman pasca-terjadinya gempa Bumi berkekuatan 7.0 skala Richter, yang mengguncang Lombok Timur pada Minggu petang, 5 Agustus 2018.
"Semua tamu delegasi yang akan mengikuti pertemuan selamat. Dan karena adanya gempa yang terjadi, kami putuskan untuk menunda pertemuan Sub Regional yang membahas mengenai masalah terorisme, dan mempersilahkan semua tamu untuk kembali ke negara masing-masing," jelas Wiranto dalam siaran pers yang diterima oleh Liputan6.com pada Senin 6 Agustus.
Sejatinya, puncak agenda Sub Regional Meeting on Counter Terrorism akan digelar hari ini di Lombok, namun karena terjadi gempa besar saat malam pembukaan, pihak panitia pun memutuskan untuk menyudahinya lebih awal.
Dijelaskan oleh Menko Polhukam bahwa hari ini seharusnya dilakukan penandatanganan nota kesepahaman dengan Menteri Dalam Negeri Australia Peter Dutton.
"Telah dibahas beberapa isu mendalam tentang, dan kami juga sudah menghasilkan joint communique yang menekankan pentingnya kerja sama kedua negara, " kata Wiranto.
Di hari yang sama, tim Wiranto juga seharusnya juga dijadwalkan melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Dalam Negeri Singapura, Menteri Hukum Selandia Baru, dan perwakilan pemerintah Myanmar.
Advertisement