Liputan6.com, Purbalingga - Mimpi menjadi perwira TNI bisa dimiliki siapa saja, termasuk anak petani, buruh dan masyarakat kebanyakan. Ini dibuktikan oleh Imron Ichwani, seorang anak tukang bubur keliling yang lolos seleksi Calon Prajurit Taruna (Capratar) Akademi Militer (Akmil) atau Taruna Akmil tahun 2018.
Bagi Sugeng Suroso, sang ayah, barangkali 28 Juli lalu adalah hari paling bersejarah dalam hidupnya. Tanpa dinyana, anaknya, Imron mengabarkan di seberang telepon, bahwa ia lolos seleksi Taruna Akmil.
Bak kisah di negeri dongeng, tanggal 30 Juli 2018, ia berangkat ke Bandung untuk mengambil pakaian dan perlengkapan lainnya. Anak tukang bubur yang lolos seleksi taruna Akmil ini pun mengharu biru Purbalingga, daerah kelahirannya.
Sugeng tak pernah berharap muluk kepada anaknya. Dia hanya berdoa, anaknya bisa menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, dan berguna bagi masyarakat. Itu saja, cukup.
Baca Juga
Advertisement
Imron Ichwani merupakan anak ketiga dari enam bersaudara. Mereka tinggal di rumah mungil di Jalan Cempaka RT 03/06 Desa Selabaya, Kecamatan Kalimanah, Kabupaten Purbalingga. Tiap hari, sang ayah menjajakan keliling bubur dengan pendapatan berkisar Rp 50 ribu.
"Saya dan keluarga sangat senang dan bangga karena Imron memang anak yang rajin, taat pada orang tua dan tekun beribadah. Pokoknya anak saya itu gak neko-neko (aneh-aneh)," kata Sugeng, dalam rilis resmi Dinokominfo Purbalingga yang diterima Liputan6.com, Senin, 6 Agustus 2018.
Namun, ia pun tentu berharap anak kebanggaannya bisa membanggakan keluarga dan daerahnya. Harapan itu bersemi sejak Ichwan bersekolah, terutama di SMP dan SMA.
Di sekolah lanjutan ini, prestasi Ichwan semakin terasah. Menilik prestasinya selama sekolah, tak mengherankan jika Ichwan lolos seleksi taruna Akmil.
Harapan Keluarga kepada Ichwan, Anak Tukang Bubur Lolos Seleksi Akmil
Menurut sang ayah, Imron Ichwani dikenal sebagai anak yang berprestasi dan aktif berorganisasi. Sejak SD Ichwan sudah sering mengikuti lomba matematika. Bahkan nilai matematika pada Ujian Nasional (UN) bisa mendapatkan nilai sempurna yakni nilai 10.
Imron menamatkan SDnya di SD Negeri 1 Selabaya, Kalimanah pada tahun 2012. Kemudian ia melanjutkan ke SMP Negeri 1 Purbalingga.
Ketika bersekolah di SMP dan SMA, Ichwan tak berhenti menorehkan prestasi. Imron menjadi peserta olimpiade matematika tingkat provinsi. Di SMA Negeri 1 Purwokerto juga terus mengasah kemampuan dirinya dengan mengikuti beragam aktivitas ekstra-kurikuler.
Untuk menggapai cita-citanya itu, selama SMA, Ichwan tinggal bersama kakeknya di Purwokerto. Hal ini harus dilakukan lantaran rumahnya di Purbalingga jauh dari SMA Negeri 1 Purwokerto.
Ia juga selalu aktif dalam organisasi kesiswaan dan paskibraka. Dengan arahan dari guru pembina SMA, Imron yang awalnya bercita-cita masuk STAN bersama, bersama 16 rekan Almuni SMA N 1 Purwokerto mendaftar AKMIL.
"Ia yang awalnya bercita-cita masuk STAN, akhirnya memutuskan untuk mendaftar menjadi Akmil bersama 16 teman-temannya," Sugeng menjelaskan.
Advertisement
Anak Tukang Bubur Lolos Seleksi Taruna Akmil Banggakan Purbalingga
Bagi Sugeng, kisah ini bukan lagi dongeng. Lolosnya anaknya menjadi taruna Akmil seolah menjadi hadiahnya setelah sepuluh tahun ini, tiap hari, berdagang bubur ayam keliling.
"Saya cuma dagang bubur ayam keliling, berangkat jam 05.00 sampai jam 09.00 pagi. Rute jualan saya dari Dusun Karangpetir, Grecol, Karangmanyar sampai ke Asrama Batalyon 406/Ck di bojong dan balik lagi ke rumah," Sugeng menuturkan.
Komandan Kodim 0702/Purbalingga Letkol Inf Andy Bagus membenarkan bahwa salah satu putra terbaik Purbalingga lolos Capratar Akmil tahun 2018. Menurut dia, ini membuktikan mimpi menjadi seorang taruna Akmil bukan hanya untuk anak yang tinggal di kota-kota besar saja.
Lebih dari itu, ternyata anak dari desa dan dari keluarga yang kurang mampu pun bisa lolos seleksi Taruna Akmil. Ini juga menjadi bukti bahwa menjadi prajurit TNI merupakan hak dari semua Warga Negara Indonesia (WNI).
Menurut Andy, siapa saja boleh dan bisa menjadi Prajurit TNI, asalkan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh TNI. Ini berlaku untuk para calon perwira, bintara maupun tamtama.
"Dan yang perlu digarisbawahi, masuk TNI tidak dipungut biaya sama sekali alias gratis," Andy menegaskan.