Sri Mulyani Kaget Pertumbuhan Ekonomi RI Capai 5,27 Persen

Menkeu Sri Mulyani mengaku khawatir sebab investasi masih di bawah taget yang diharapkan oleh pemerintah.

oleh Merdeka.com diperbarui 06 Agu 2018, 18:45 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberi paparan dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR di Gedung Nusantara II DPR, Kamis (31/5). Rapat terkait penyampaian kerangka ekonomi makro dan pokok kebijakan dalam RAPBN 2019. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pertumbuhan ekonomi pada semester I 2018 sebesar 5,27 persen cukup baik. Bahkan dirinya tidak percaya, bisa melesat hingga mencapai 5,27 persen. Mengingat pemerintah sendiri memprediksi pertumbuhan ekonomi pada triwulan II hanya berada dikisaran 5,16 - 5,17 persen.

"Ini malah 5,27 persen jadi itu bagus. Kita lihat komponennya, jadi kita harus melihat apa yang harus dilakukan pemerintah untuk menjaga itu," kata Sri Mulyani saat ditemui di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Senin (6/8).

Sri Mulyani mengatakan, bila dilihat dari pertumbuhan konsumsi juga sudah cukup baik, yakni mampu mencapai 5,14 persen. Menurutnya, itu didorong karena beberapa faktor seperti adanya Hari Raya Idul Fitri, Tunjangan Hari Raya (THR), gaji ke-13 serta libur panjang.

Meski demikian, Sri Mulyani mengaku khawatir sebab investasi masih di bawah taget yang diharapkan oleh pemerintah. "Salah satu yang harus diwaspadai adalah investasi tumbuhnya tidak setinggi yang kita bayangkan di bawah 6 persen. Ekspor juga lebih lemah dari yang kita prediksi dan impor lebih tinggi," kata Sri Mulyani

"Artinya, di satu sisi kita lihat impornya untuk bahan baku dan barang modal adalah positif tetapi belum diterjemahkan ke dalam investasi yang muncul growthnya tinggi dan juga dalam bentuk ekspor yang baik. Ini menjadi salah satu kajian kita untuk melihat secara lebih detil lagi statistiknya. Itu dari sisi demand sidenya," lanjutnya.

Sementara, menurut Sri Mulyani, di sisi produksi sudah bagus meningkat cukup tinggi. Akan tetapi industri manufaktur masih sedikit lemah. "Mungkin karena salah satunya libur panjang di bulan Juni sehingga kegiatannya agak menurun. Jadi, faktor seasonalnya hilang di kuartal ketiga dan keempat kita harapkan ada kompensasi di dalam industri manufaktur yang cukup baik", sebutnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Konsumsi Tinggi

Pekerja menyelesaikan pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Senin (7/5). Badan Pusat Statistik (BPS) melansir pertumbuhan ekonomi kuartal 1 2018 mencapai 5,06%.(Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi triwulan II 2018 sebesar 5,27 persen. Angka ini salah satunya disumbang oleh pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 5,14 persen.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga ini cukup menggembirakan. Mengingat beberapa tahun terakhir, konsumsi rumah tangga Indonesia berada di bawah 5 persen. "Konsumsi rumah tangga kita di triwulan II 2018 sebesar 5,14 persen," ujar Suhariyanto di Kantor BPS.

Adapun pendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga antara lain dipengaruhi oleh masa panen, Lebaran dan pemilihan kepala daerah (Pilkada). Selain itu, terdapat beberapa peningkatan penjualan produk seperti sepeda motor dan mobil.

"Kita tahun ini numpuk di triwulan II seperti Lebaran itu, masa panen. Ada penjualan sepeda motor, mobil, meningkatnya nilai transaksi kartu kredit, pertanian bagus, bansos besar. Sehingga pengeluaran konsumsi naik," jelasnya.

Reporter:Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya