Akhir Penantian Ibunda Aktivis 98 Korban Penculikan

Misiati selama 20 tahun menuntut keadilan atas anaknya Petrus Bima Anugerah yang hilang bersama belasan aktivis 98 lainnya.

oleh Zainul Arifin diperbarui 07 Agu 2018, 07:03 WIB
Ibunda aktivis 98 Bima Petrus, Misiati meninggal dunia setelah tanpa lelah berjuang 20 tahun menuntut keadilan (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Liputan6.com, Malang - Genoveva Misiati meninggal dunia di RS Panti Nirmala Kota Malang, Jawa Timur, sekitar pukul 05.30 WIB, Senin, 6 Agustus 2018 pagi. Perempuan 76 tahun ini adalah ibunda Petrus Bima Anugerah, aktivis 98 yang hilang dan hingga kini tak diketahui keberadaannya.

Jenazah Misiati disemayamkan di Yayasan Gotong Royong, Malang. Tetangga dan para aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) berdatangan melayat. Misiati akan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Ngujil, Kota Malang, pada Selasa (7/8/2018) pagi. Sejumlah rekan aktivis 98 dari Jakarta rencananya hadir pada pemakaman itu.

"Sudah enam kali keluar masuk rumah sakit sejak April lalu. Keluhannya mulai jantung, paru–paru dan lainnya," kata suami mendiang, Utomo Rahardjo di Malang, Senin, 6 Agustus 2018.

Utomo Rahardjo dan mendiang Misiati hampir 20 tahun berjuang menuntut keadilan atas hilangnya anak mereka, Petrus Bimo Anugerah. Mereka bersama para keluarga dari korban orang hilang lainnya tak pernah lelah bersuara.

Tak terhitung Utomo Rahardjo dan Misiati bertolak dari Malang ke Jakarta. Bergabung bersama keluarga orang hilang lainnya. Menuntut keadilan, termasuk aksi kamisan di depan Istana Negara. Namun, usia tak bisa dibohongi. Beberapa tahun terakhir, keduanya lebih sering di rumah.

"Nama Bima Petrus selalu ada dalam tiap doa kami. Beruntungnya masih ada teman–teman yang luar biasa," ujar Utomo.

Misiati dan Utomo Rahardjo terakhir bertemu Bima Petrus November, 1997. Bima saat itu pulang ke rumah selama dua hari. Selepas itu, Bima sempat berkirim surat yang berisi janji akan pulang lagi ke Kota Malang saat Natal. Namun, sejak itu tak pernah lagi bertemu.

"Saat para aktivis yang diculik sudah dilepaskan, mereka (tim mawar) tak mengakui menculik anak saya," ujar Utomo.

Petrus Bima Anugerah, merupakan satu dari banyak aktivis pro demokrasi yang diculik pada 1998. Saat beberapa aktivis lainnya dibebaskan, Bima dan 12 aktivis 98 lainnya tetap tak diketahui keberadaannya.


Sikap Tegas Keluarga Korban

Para pelayat di rumah persemayaman Yayasan Gotong Royong Malang (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Utomo Rahardjo bersama keluarga orang hilang lainnya terus berjuang mencari kejelasan, meski sejauh ini belum membuahkan hasil. "Bagaimana mau menyelesaikan kasus ini kalau masih ada mereka yang terlibat dalam kejahatan HAM di pemerintahan ini," ucap Utomo.

Suciwati, istri mendiang Munir Said Thalib mengatakan, Misiati dan Utomo Rahardjo adalah sosok yang luar biasa karena tanpa lelah, terus menerus mencari anaknya yang hilang.

"Keluarga orang hilang satu per satu meninggal dunia karena usia. Sampai hari ini tak ada keadilan untuk mereka," kata Suciwati saat melayat di Yayasan Gotong Royong.

Meski demikian, para pegiat HAM harus terus memperjuangan keadilan. Serta berhati–hati agar isu HAM tak ditunggangi kepentingan para politisi maupun kandidat calon presiden yang memanfaatkan isu ini untuk keuntungan politik mereka.

"Politisi busuk cari untuk dari para korban pelanggaran HAM demi kekuasaan," ujar Suciwati.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya