Harga Minyak Naik Dipicu Turunnya Produksi Arab Saudi

Harga minyak naik setelah sumber OPEC mengatakan produksi minyak mentah Saudi jatuh secara tak terduga pada bulan Juli.

oleh Nurseffi Dwi Wahyuni diperbarui 07 Agu 2018, 05:31 WIB
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, New York - Harga minyak berjangka naik pada hari Senin (Selasa pagi WIB) setelah sumber OPEC mengatakan produksi minyak mentah Saudi jatuh secara tak terduga pada bulan Juli, meningkatkan kekhawatiran tentang pasokan minyak global karena Amerika Serikat (AS) bersiap untuk memulihkan kembali sanksi terhadap eksportir utama Iran.

Dilansir dari Reuters, Selasa (7/8/2018), harga minyak Brent berjangka naik USD 54 sen menjadi USD 73,75 per barel, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik USD 52 sen menjadi menetap USD 69,01 per barel.

Arab Saudi memompa sekitar 10,29 juta barel per hari (bph) minyak pada bulan Juli, turun sekitar 200.000 bph dari Juni, menurut dua sumber di OPEC pada hari Jumat. Padahal Arab Saudi dan produsen utama Rusia pada Juni berjanji untuk meningkatkan produksi di Juli.

"Lonjakan produksi Saudi dan Rusia tampak lebih terbatas dari yang diperkirakan. Segera akan diterapkannya kembali sanksi AS terhadap Iran juga memberi sentimen positif," menurut catatan Bank investasi global asal AS Jefferies.

Presiden AS Donald Trump akan mengembalikan beberapa sanksi terhadap Iran yang ditunda setelah kesepakatan tahun 2015 antara kekuatan dunia dan Teheran yang berusaha mengekang program nuklir Iran.

Amerika Serikat juga berencana untuk menerapkan kembali sanksi terhadap minyak Iran pada bulan November, yang dapat mempengaruhi produksi anggota OPEC. Sanksi yang diperbarui adalah bagian dari strategi administrasi Trump untuk menolak sumber daya untuk kepemimpinan Iran.

 


Tak berdampak besar

Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

AS menginginkan untuk mengurangi impor minyak Iran ke level nol, kata seorang pejabat senior pemerintah AS dalam konferensi pers. Tetapi seorang pejabat senior di kementerian ekonomi Iran mengatakan Iran tidak berpikir dampak ekonomi dari sanksi akan sangat besar.

"Banyak negara, termasuk Eropa, tidak setuju dengan sanksi AS dan bersedia bekerja sama dengan Iran," kata pejabat itu, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.

Sebagian besar ekspor minyak mentah Iran lari ke China dan India, tetapi sekitar 20 persen ke Eropa, di mana penyuling sudah memotong pembelian mereka. Sementara itu, perusahaan energi AS pekan lalu memangkas rig minyak untuk kedua kalinya dalam tiga minggu terakhir karena laju pertumbuhan telah melambat selama beberapa bulan terakhir.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya