Liputan6.com, Jakarta - Hasil survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan, isu Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA) menjadi ancaman besar Pemilu 2019. Peneliti LIPI Syarif Hidayat mengatakan, isu SARA menjadi besar karena dikapitalisasi dan dimanipulasi elite politik.
"Isu SARA tidak signifikan terjadi di tingkat akar rumput. Isu SARA terjadi di Pilkada DKI karena kecenderungan manipulasi dan dikapitalisasi elite politik," kata Syarif di Kawasan Kuningan Jakarta Selatan, Selasa (7/8/2018).
Advertisement
Dari hasil survei ahli yang dilakukan tim peneliti LIPI, Syarif mengatakan bahwa tindakan persekusi yang marak terjadi di masyarakat mayoritas disebabkan penyebaran berita hoaks, ujaran kebencian, dan radikalisme. Selain itu, kesenjangan sosial juga menjadi penyebab terjadinya persekusi.
"Beberapa faktor menjadi penyebab (persekusi) antara lain, kesenjangan sosial (75,2 persen), perasaan terancam oleh orang atau kelompok lain (71,1 persen), aspek religiusitas (67,6 persen) dan ketidakpercayaan antarkelompok/suku/agama/ras (67,6 persen)," ucap dia.
Menurut dia, salah satu solusi mengatasi berkembangnya isu SARA agat Pemilu tak terganggu adalah dengan mengelola dan mengendalikan perilaku elite politik. Untuk itu, Peneliti LIPI Syamsuddin Haris mengajak seluruh pihak mengimbau elite politik tidak mempolitisasi SARA.
"Politisasi SARA dampaknya sangat besar. Jangan mudah melakukan manipulasi dan politisasi yang mengatasnamakan SARA, ini akan mengakibatkan konflik horizontal," kata Syamsuddin.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Survei LIPI
Hasil survei ahli yang dilakukan Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebutkan ada beberapa hal yang berpotensi menghambat pelaksanaan Pemilu 2019. Salah satunya adalah politisasi isu Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA) dan identitas.
Survei ini dilakukan oleh Pusat Penelitian Politik (P2P) LIPI pada April-Juli 2018. Survei ini melibatkan 145 ahli politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam.
Survei P2P LIPI ini menggunakan teknik non-probability sampling dengan teknik purposive sampling. Penelitian tidak bertujuan menggeneralisasi pandangan.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement