Liputan6.com, Jakarta - Kabar pengunduran diri Indra Nooyi sebagai CEO PepsiCo memberikan rasa kehilangan di dunia bisnis. Pasalnya, jumlah CEO wanita di Amerika Serikat (AS) jadi berkurang.
Baca Juga
Advertisement
Jumlah pebisnis wanita memang wajib menjadi perhatian. Dilansir dari Entrepreneur, menurut National Association of Women Business Owners, hanya 4,2 persen bisnis yang dimiliki perempuan yang berhasil mencetak pendapatan satu juta dolar AS.
Masalah bias gender terhadap kemampuan perempuan dipandang sebagai penyebab. Masyarakat memiliki pandangan bagaimana perempuan harus bersikap terkait bisnis, sukses, dan uang.
Namun, ternyata bias gender bukan satu-satunya penghalang wanita dalam berbisnis. Dirangkum dari Entrepreneur, berikut tiga sifat yang menghalangi keberhasilan pebisnis wanita menurut Jane Wesman, President dari Jane Wesman Public Relations.
1. Ingin Perfeksionis Dulu
Para pebisnis wanita ternyata cenderung ingin serba sempurna sebelum mau meluncurkan bisnisnya. Sangking perfeksionisnya, Wesman sampai menemukan seorang pebisnis wanita yang menghabiskan waktu memikirkan nama perusahaannya atau pusing akibat komplain dari pelanggan.
Wesman berharap agar para wanita jangan terlalu memusingkan kesalahan kecil yang justru malah mengalihkan fokusnya dari bisnis yang ingin ia bangun. Perbaiki, dan langsung move on.
Advertisement
2. Tak Nyaman Membahas Uang
Jangan segan untuk berbicara mengenai keuangan. Keseganan untuk membahas keuangan dan kesuksesan finansial bisa memberi dampak pada perkembangan bisnis, mulai dari saat memasang harga, mengatur arus kas, sampai ketika mencari pendanaan.
Wesman menemukan, saat mencari pendanaan, laki-laki cenderung lebih lihai dalam membela keuangan mereka. Para pebisnis wanita disarankan memahami kondisi keuangan sepenuhnya sehingga tak merasa minder saat membahas topik keuangan bisnis agar tidak diremehkan.
3. Ingin Disukai
Wesman turut menyoroti masalah mentalitas yang selalu ingin disukai. Dalam bisnis, 'dihormati' lebih penting ketimbang 'disukai', baik itu saat berurusan dengan klien, pegawai, supplier, atau stakeholder. Jangan sampai berusaha membuat pelanggan senang, tetapi tidak berhasil mendapatkan hasil yang diinginkan.
Penjualan yang efektif lebih terkait dengan mengidentifikasi kebutuhan pelanggan dan menawarkan solusi terhadap masalah mereka, tidak selalu masalah disukai atau tidak. Melihat diri sendiri sebagai penyedia solusi adalah langkah penting untuk menggantikan mindset ingin disukai dan itu komposisi utama untuk mengembangkan bisnis.
Advertisement