Liputan6.com, Chicago - Polisi Chicago belum menangkap siapa pun terkait kekerasan akhir pekan kemarin di kota tersebut. Dalam insiden tersebut, 66 orang ditembak dan 12 orang di antaranya dinyatakan tewas.
Kepala Polisi Kota Chicago, Eddie Johnson, mengatakan bahwa petugas tambahan dikerahkan ke tempat kejadian perkara guna mencegah penembakan balas dendam. Demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia, Selasa (7/8/2018).
Advertisement
Johnson menambahkan, petugasnya mengikuti petunjuk yang terdapat di TKP ketika melakukan penyelidikan. Polisi menuding geng-geng berada di balik pertumpahan darah itu.
Pembunuhan massal tersebut hanya terjadi dalam waktu 24 jam. Insiden ini jadi salah satu penembakan terburuk yang pernah terjadi di Chicago.
Pada satu waktu, 40 orang ditembak dalam rentang tujuh jam, menurut penghitungan yang dikumpulkan harian Chicago Tribune. Korban tewas termasuk remaja putri berusia 17 tahun yang tertembak di wajah.
Polisi mengatakan, anggota geng memanfaatkan keramaian pada musim panas sebagai penutup dalam beberapa kasus. Mereka menembak tanpa pandang bulu ke wilayah saingannya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
44 Penembakan Terjadi Selama 14 Jam di Chicago, 5 Orang Tewas
Kota Chicago di negara bagian Illinois, Amerika Serikat (AS), sempat mengalami malam yang mencekam pada Minggu, 5 Agustus lalu. Malam itu, polisi mencatat 44 kasus penembakan terjadi dalam waktu hampir 14 jam.
Dalam insiden penembakan yang disebut terburuk di Chicago selama hampir dua dekade terakhir itu, lima orang dilaporkan tewas, dan puluhan lainnya luka-luka.
Dikutip dari CNN pada Senin 6 Agustus 2018, polisi menyebut bahwa serangkaian penembakan, termasuk di dalamnya baku tembak, terjadi sejak Minggu dini hari, sekitar pukul 1.30 waktu setempat.
Hingga matahari terbit, dilaporkan bahwa 30 orang tertembak, dan dua di antaranya tewas karena pendarahan hebat.
"Kota Chicago mengalami malam yang penuh kekerasan," kata Kepala Biro Patroli Fred Waller. "Beberapa kasus (penembakan) ini ditargetkan dan terkait dengan konflik antar geng di berbagai kawasan sub-urban Chicago."
Ditambahkan Waller, dalam setidaknya satu insiden penembakan, seorang pelaku diketahui memuntahkan peluru ke sebuah kerumunan kecil di pinggir jalan yang ramai.
Dari keseluruhan korban luka, tercatat yang tertua berusia 62, dan yang paling muda adalah seorang bocah 11 tahun.
Sebelum tragedi penembakan 14 jam itu, dilaporkan pula sebanyak enam kasus penyalahgunaan senjata api pada Jumat 3 Agustus, dan 15 kasus baku tembak, sehari setelahnya, yang menyebabkan satu korban luka parah.
Pihak kepolisian metropolitan Chicago mengatakan bahwa kota itu tengah berjuang menanggulangi angka kasus penembakan dan tingkat pembunuhan yang tinggi dalam beberapa tahun terakhir, meski pada 2017 sempat dilaporkan turun masing-masing 30 persen dan 25 persen.
Advertisement