Kemendag Akui Belum Mampu Kembalikan Harga Telur ke Level Normal

Kemendag menyatakan, harga ayam dan telur di tingkat peternak sudah turun.

oleh Septian Deny diperbarui 08 Agu 2018, 16:07 WIB
Penjual telur melayani pembeli di Pasar Minggu, Jakarta, Rabu (24/7). Harga telur ayam mengalami penurunan di angka Rp 26 ribu per kilo. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyatakan harga ayam dan telur terus turun usai melonjak tajam setelah Idul Fitri.

Namun demikian, Kemendag mengakui belum mampu membuat harga telur dan ayam tersebut kembali ke level normal.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Tjahja Widjayanti mengatakan, kenaikan harga ayam dan telur usai Lebaran di luar perkiraan pemerintah. Bahkan kenaikan ini hingga menjadi pemicu inflasi pada Juli 2018 yang sebesar 0,28 persen.

"Inflasi bulan Juli dipicu oleh kenaikan harga daging ayam dan telur. Dan memang ini di luar ekspentasi kami. Karena kami menyangka setelah Lebaran harga ayam dan telur akan turun, tetapi ternyata naiknya luar biasa," ujar dia dalam Seminar Nasional Menelaah Model Konsumsi Pangan Indonesia Masa Depan di Jakarta, Rabu (8/8/2018). 

Menurut Tjahja, sebenarnya saat ini harga ayam dan telur di tingkat peternak telah menurun. Sebagai contoh, harga telur di peternak berada di kisaran Rp 17 ribu per kg. Namun sayangnya harga telur di pasaran saat ini masih berada di harga Rp 25 ribu per kg.

"Harga telur sebenarnya saat ini sudah turun di farm gate sebesar Rp 17 ribu. Harga acuannya sekitar Rp 18 ribu, harga batas bawah (di peternak) sekitar Rp 17 ribu, batas atasnya Rp 19 ribu. ‎Dan sampai saat ini kami belum bisa menurunkan secara signifikan, bahkan sampai harga acuan sekalipun. Jadi harga masih di atas harga acuan," ujar dia.

Sedangkan kondisi saat ini, lanjut Tjahja, ada dua pendapat di kalangan pelaku usaha perunggasan. Ada yang menyatakan jika mereka masih merugi, namun ada juga yang mengatakan sudah mendapatkan untung dengan level harga saat ini.

"Mereka sudah teriak-teriak. Karena harga faktor produksinya naik, harga DOC-nya naik, harga jagung naik. Kemarin kami juga sudah panggil industri pakan dan DOC,” ujar dia.

"Mereka menyampaikan kami tidak bisa mempending kenaikan harga ini. Karena harga yang sebenarnya sudah kita pending beberapa saat. Tetapi ada beberapa pelaku perunggasan, bahwa dengan harga DOC dan pakan saat ini sebenarnya mereka sudah mendapatkan margin yang cukup," tambah dia.

 

 


Harga Telur di Pasar Tradisional Mulai Turun

Penjual menunjukkan telur dagangannya di Pasar Minggu, Jakarta, Rabu (24/7). Harga telur ayam mengalami penurunan di angka Rp 26 ribu per kilo. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Sebelumnya, Harga bahan pangan telur ayam dan telur ayam kampung di pasar tradisional pada awal pekan ini kompak turun. Dalam dua bulan ini harga telur terus melambung.

Seperti yang diutarakan Herman (29), seorang pedagang telur di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, yang mengatakan harga telur ayam kini Rp 23 ribu per kg.

"Lagi turun jadi Rp 23 ribu per kg. Tadinya Rp 29 ribu (per kg), turunnya pelan-pelan, mulai dari Rp 1.000 sampai Rp 500," ungkap dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Senin 6 Agustus 2018.

Hal senada diungkapkan Mifthaludin (20), seorang pedagang telur di tempat yang sama. "Telur ayam Rp 23 ribu per kg. Baru turun hari ini, tadinya kisaran Rp 24-25 ribu (per kg)," sebutnya.

Penurunan harga juga turut dirasakan telur ayam kampung. Kedua pedagang kompak menjualnya pada angka Rp 2.200 per butir.

"Telur ayam kampung turun juga, Rp 2.200 (per butir). Tadinya antara Rp 2.400-2.500 per butir," ujar Mifthaludin.

Di sisi lain, kestabilan harga terjadi pada produk telur puyuh dan telur bebek. Harga telur puyuh yang ditawarkan Herman dan Mifthaludin tidak berubah Rp 33 ribu per kg.

Sementara itu, telur bebek yang kedua pedagang tersebut jual juga terbilang stabil, yakni Rp 2.800 per butir.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya