Liputan6.com, Jakarta - Manajemen Bursa Efek Indonesia (BE) menolak rencana PT Rabu Prabu Energi Tbk (ARTI) untuk melakukan reverse stock atau penggabungan nilai saham dengan rasio 10:1.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menyatakan, secara fundamental, perusahaan dengan kode saham ARTI tersebut belum memenuhi syarat.
Oleh karena itu, kata Nyoman, manajemen BEI menyarankan agar perseroan menunda aksi korporasi tersebut.
Baca Juga
Advertisement
"Ya kita lihat dulu pergerakan sahamnya untuk beberapa periode ke depan," tuturnya di Gedung BEI, Rabu (08/8/2018).
Nyoman menambahkan, BEI akan terus memantau pergerakan saham perseroan untuk beberapa waktu selanjutnya.
"Kita lihat fundamentalnya oke mendukung tidak, kita lihat pegerakan harga saham. Jadi sebenarnya istilahnya bukan menolak ya tapi kita minta untuk tidak dilakukan dalam periode ini untuk mereka bisa proven lagi kedepannya," ujarnya.
"Jadi bursa melihat dari beberapa persyaratan diantaranya fundamental atau kinerja keuangan perusahaan, rencana perusahaan ke depan," tambah dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
LRT Ratu Prabu Bakal Dibangun Tengah 2019
Sebelumnya, Ratu Prabu Energi berencana membangun moda transportasi light rail transit (LRT) di Jakarta. Rencananya, tiket LRT yang dibebankan penumpang sebesar Rp 20 ribu.
"Rp 20 ribu sama dengan Gojek," Direktur Utama Ratu Prabu Energi B Bur Maras pada Selasa 9 Januari 2018.
Dia melanjutkan, rencana pembangunan LRT ini melibatkan perusahaan Amerika Serikat (AS) Bechtel Corporation sebagai konsultan. Dalam kajian tersebut, dia menuturkan, proyek ini layak dibangun.
BACA JUGA
Total nilai investasi LRT Ratu Prabu sekitar US$ 28 miliar hingga US$ 30 miliar. Namun, proyek ini akan dibangun secara bertahap yakni tahap pertama senilai US$ 8 miliar.
Dia melanjutkan, kontruksi LRT ini diperkirakan satu setengah tahun dari sekarang atau pertengahan tahun 2019. Proses pembangunan kontruksi akan memakan waktu tiga tahun.
"Kalau sudah konstruksi sendiri makan waktu tiga tahun harus selesai," ungkap dia.
Dia bilang, dengan harga tiket Rp 20 ribu, balik modal berdasarkan hitung Bechtel Corporation ialah 15 tahun. Asumsinya, jumlah penumpang sekitar 3 juta hingga 4 juta sebagai tahap awal dan puncaknya 5 juta penumpang.
"Tapi yang dihitung Bechtel konsultan 15 tahun. Kenapa masuk bisnis ini karena saya lihat untungnya gede. Tapi setelah dihitung benar kembalinya 15 tahun. Kalau Bechtel tidak mau salah," tukas dia.
Advertisement