Liputan6.com, Jakarta Menjalani latihan gabungan untuk pertama kali, dua Calon Paskibraka Putri 2018 tingkat nasional merasa gugup.
Berbeda dari latihan biasanya yang hanya dilihat oleh beberapa pelatih serta beberapa kamera media, kali ini mereka dilihat oleh ratusan orang.
Advertisement
"Pastinya penyesuaian, pasti grogi. Pas ada banyak orang kan, enggak pernah sebelumnya sebanyak itu," ujar Calon Paskibraka putri asal Sumatera Selatan, Zanati Tahta Umahati.
Tata sendiri sempat mendapatkan kesempatan untuk menjadi pembawa nampan dalam latihan tersebut. Ia menuturkan ada rasa gugup terutama ketika menaiki tangga.
"Pas naik tangga rada goyang gitu," ujar gadis kelahiran Tangerang, 15 September 2002 ini pada Diary Paskibraka ditemui di PP-PON, Cibubur, Jakarta Timur, Rabu (8/8/2018).
Senada dengan Tata, Calon Paskibraka asal DKI Jakarta, Jessenia Sarah Aurelia, juga merasa gugup saat harus menjadi seorang pembawa baki.
"Lebih nervous. Terus belum pernah juga sih latihan gabungan. Kadang-kadang malah nambah kesalahan," kata Sarah.
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Tidak Dengarkan Kata Orang
Ditonton banyak orang dan dikomentari menjadi salah satu tantangan yang harus dihadapi keduanya. Terutama ketika bertindak sebagai salah satu posisi penting yaitu pembawa nampan.
"Setiap jalan mendekati pasukan-pasukannya, pasti diomongin gitu. Enggak rapi, enggak apa gitu. Jadi harus benar-benar fokus, jangan fokus ke omongan kata-kata orang gitu," kata Tata.
Selain itu, Sarah juga mengatakan masih kesulitan dalam menyesuaikan langkah dan tangan.
"Mungkin agak nervous. Jadi semua yang kemarin sudah bisa, jadi salah lagi," kata pelajar SMA Labschool Jakarta Timur.
Ketika mereka berdua harus saling menilai penampilan satu sama lain, keduanya sama-sama mengatakan bahwa mereka memiliki langkah yang bagus.
"Kalau Sarah langkahnya konstan. Kalau misalnya belok enggak melambung. Kekurangannya, pas naik tangga masih miring-miring," kata Tata sembari melirik dan tersenyum pada temannya itu.
Advertisement
Sering Meleset
Sementara menurut Sarah, Tata sering tidak menghitung anak tangga ketika serah-terima bendera. Juga kerap sedikit meleset.
"Tata kadang-kadang tangga yang paling bawah suka meleset tiba- tiba. Tapi kelebihannya sudah bagus langkahnya," timpal Sarah yang mengaku memiliki hobi lari tersebut.
Keduanya sendiri juga mengakui bahwa bangun pagi adalah salah satu hal yang paling sulit mereka lakukan selama diklat. Apalagi, kegiatan mereka cukup padat.
"Yang paling susah bangun pagi. Latihan sudah dari jam tujuh sampai jam lima. Terus ditambah materi malam sampai jam sepuluh, terus harus bangun lagi jam empat," tambah Tata yang merupakan pelajar dari SMAN 1 Pagaralam itu.
"Apalagi materi sampai malam sudah ngantuk. Terus dipaksa bangun jam empat pagi," timpal Sarah.