Liputan6.com, Jakarta Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho angkat bicara terkait perbedaan data korban meninggal akibat gempa Lombok yang beredar saat ini.
Sutopo menyatakan, Pos Komando BNPB dan Pusat Pengendali Operasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nusa Tenggara Barat, saat ini masih memverifikasi data berbeda mengenai korban jiwa akibat gempa pada Minggu malam 5 Agustus lalu.
Advertisement
"Komandan satuan tugas dan kepala pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah harus segera mengklarifikasi empat versi data korban meninggal berbeda yang beredar," kata Sutopo Purwo Nugroho, Kamis (9/8/2018).
Sutopo mengatakan, data korban meninggal dunia harus segera disepakati bersama karena merupakan hal yang sensitif, dan perlu menekankan bahwa data yang dirilis harus sama dan itu merupakan kewenangan BPBD Nusa Tenggara Barat.
Sutopo mengatakan Pos Komando BNPB dan Pusat Pengendalian Operasi BPBD Nusa Tenggara Barat masih memverifikasi kebenaran data tersebut.
"Laporan data korban harus dilampiri identitas korban yaitu nama, usia, jenis kelamin dan alamat asal untuk menyatakan bahwa data korban korban tersebut benar," jelasnya.
Sutopo mengatakan data korban meninggal dunia akibat gempa Lombok akan menjadi dasar pemberian santunan dari pemerintah, karenanya harus terverifikasi.
"BNPB dan BPBD Nusa Tenggara Barat sudah meminta Bupati Lombok Utara untuk memberikan lampiran identitas korban meninggal untuk dilakukan verifikasi," katanya.
4 Versi Jumlah Korban Jiwa
BNPB dan BPBD NTB menyatakan jumlah korban jiwa akibat gempa Lombok 131 orang hingga Rabu. Sementara TNI menyebut jumlah korban jiwa sampai 381 orang, Pemerintah Kabupaten Lombok Utara dan BPBD setempat menyebut jumlah korban jiwanya 347 orang serta Gubernur Nusa Tenggara Barat dan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) menyatakan jumlah korban jiwa sebanyak 226 orang.
Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mempersilakan warga Lombok kembali ke rumah masing-masing.
"Warga sudah boleh jika ingin kembali ke rumah, keadaan sudah berangsur aman," kata Dwikoritas di Mataram, Lombok, Kamis dini hari (9/8/2018).
Dwikorita menjelaskan bahwa titik puncak getaran gempa dan potensi tsunami sudah terlewati. Sehingga yang muncul hanya getaran gempa susulan yang semakin mengecil.
Sensor-sensor pendeteksi gempa sudah menunjukkan angka yang wajar untuk patahan yang berada di laut Flores. Gempa susulan menurutnya akan sering terjadi namun tidak memberikam dampak yang merusak.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement