Liputan6.com, Jakarta Hubungan koalisi Partai Gerindra dan Partai Demokrat memanas. Politikus Partai Demokrat Andi Arief menuding Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai Jenderal Kardus.
Melalui akun Twitternya, Andi mengungkap adanya politik transaksional yang dilakukan Prabowo dalam memilih calon wakil presidennya.
Advertisement
"Prabowo ternyata kardus, malam ini kami menolak kedatangan ke kuningan. bahkan keinginan dia menjelaskan lewat surat sudah tidak perlu lagi. Prabowo lebih menghargai uang ketimbang perjuangan, jenderal kardus," tulis Andi di akun twitternya.
"Jenderal kardus punya kualitas buruk, kemarin sore bertemu ketum Demokrat dengan janji manis perjuangan. belum dua puluh empat jam mentalnya jatuh ditubruk uang Sandi uno untuk mengentertain PAN dan PKS," lanjut dia.
Sejak Rabu, 8 Agustus malam, kicauan Andi Arief itu memicu tagar Jenderal Kardus menjadi trending topic di Twitter hingga Kamis (9/8/2018) pagi ini. Pantauan Liputan6.com, #jenderalkardus bertengger di posisi lima dengan 4.842 twit.
Alasan Andi Arief
Politikus Partai Demokrat Andi Arief menyebut Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai Jenderal Kardus. Adanya mahar politik Rp 500 miliar menjadi alasan geramnya Partai Demokrat terhadap Prabowo.
Andi meyakini Prabowo telah melakukan politik transaksional sebesar Rp 500 miliar agar Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno menjadi calon wakil presidennya. "Saya, Andi Arief, tidak pernah membuat isu dalam karier politik saya," kata dia saat menjawab keabsahan kabar mahar tersebut di Rumah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Jalan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (9/8/2018).
Andi menegaskan sebutan Jenderal Kardus pantas melekat pada Prabowo lantaran langkahnya yang tak cakap dalam memperhitungkan harmonisasi koalisi.
"Pertama, Demokrat itu dalam posisi diajak oleh Jenderal Prabowo untuk berkoalisi. Diajak ya, kita tidak pernah menawarkan siapa-siapa walau Pak Prabowo menawarkan AHY untuk jadi wakilnya," ucap Andi.
"Tapi hari ini kami mendengar justru sebaliknya. Ada politik transaksional yang sangat mengejutkan. Itu membuat saya menyebutnya jadi jenderal kardus, jenderal yang enggak mau mikir," tegas dia lagi.
Andi Arief secara gamblang menuding Prabowo menerima lobi-lobi politik, di luar sepengetahuan Partai Demokrat. Karenanya, secara pribadi Andi merasa partainya telah diselingkuhi oleh sang jenderal.
"Kami memberi sarat kepada Pak Prabowo agar dihitung matang untuk mencapai kemenangan. Kami tidak pernah bertemu dengan partai mana pun, kecuali PAN dan PKS. Kita tidak pernah berselingkuh," jelas dia.
Kendati demikian, Andi masih menyambut baik iktikad Prabowo yang mau menyambangi Ketum Demokrat SBY. Hal itu disebut Andi masih dalam koridor dukungan penuh partainya menjadikan Prabowo calon presiden.
"Kami sebetulnya ingin mendorong Pak Prabowo utuk menjadi presiden. Orang yang didorong itu harus punya komitmen yang kuat. Jadi, saat ini kami masih bersama Pak Prabowo. Saya kira itu saja," pungkas Andi Arief.
Advertisement
Bantahan Gerindra
Partai Gerindra langsung merespons. Ketua DPD Gerindra DKI Jakarta Muhammad Taufik mengatakan, itu hanya pendapat pribadi Arief. Dia juga membantah koalisi Gerindra dan Demokrat kandas.
"Itu kan pendapat Andi Arief kan, pendapat sendiri. Enggaklah, kan, yang menentukan bukan Andi Arief," katanya di Kediaman Prabowo, Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu malam (8/8/2018).
Saksikan video pilihan di bawah ini: