Gunakan Konsep Masaro Buat Kelola Sampah, Jakarta Bisa Raup Rp 300 T

Konsep pengelolaan sampah berbasis masyarakat di mana masyarakat mendapatkan insentif.

oleh Septian Deny diperbarui 09 Agu 2018, 15:30 WIB
Tumpukan sampah di TPSS Kesambi Cirebon didominasi oleh plastik. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Daerah (Pemda) DKI Jakarta diminta untuk lebih kreatif dalam menangani permasalahan sampah plastik di Ibu Kota. Salah satunya dengan menerapkan konsep Management Sampah Zero (Masaro) yang telah diterapkan di sejumlah daerah di Indonesia.

Kepala Laboratorium Teknologi Polimer Membrane Institut Teknologi Bandung (ITB) Ahmad Zainal Abidin mengungkapkan, rencana Pemda untuk melarang penggunaan kantong plastik guna mengurangi sampah malah akan menimbulkan masalah baru.

Menurut dia, seharusnya penggunaan kantong plastik tidak perlu dilarang atau dibatasi, melainkan konsep pengelolaan sampah plastiknya yang harus perbaiki.

"Silahkan pakai (kantong plastik), tetapi sesudai dipakai tidak dibuang sembarangan. Tetapi dipilih. Taruh sampah plastik di tempat plastik. Dengan begitu, plastik film, plastik low value itu bisa dijadikan penguat aspal jalan atau bahkan jadi BBM (bahan bakar minyak). Itu semua dibutuhkan oleh masyarakat dan menguntungkan," ujar dia di kawasan Harmoni, Jakarta, Kamis (9/8/2018).

Konsep pengelolaan sampah plastik ini, lanjut Zainal yang kini dikenal dengan nama Masaro, yaitu konsep pengelolaan sampah berbasis masyarakat di mana masyarakat mendapatkan insentif untuk memilah sampah di rumah dan mengumpulkan sampah yang sudah terpisah ke bank sampah.

Kemudian sampah-sampah tersebut diolah menjadi berbagai macam produk seperti bahan daur ulang, bahan bakar minyak, penguat aspal berbahan dasar plastik, pupuk, pakan organik dan media tanam hingga BBM.

Saat ini, jumlah sampah di DKI Jakarta mencapai 2,5 juta ton per hari, di mana 357 ribu ton merupakan sampah plastik. Untuk mengangkut dan menangani sampah tersebut, Pemda DKI Jakarta mengeluarkan anggaran hingga triliunan rupiah per tahun.

"Jakarta menghabiskan Rp 2,3 triliun untuk menangani sampah. Padahal kalau sampah diolah dengan Masaro bisa muncul potensi Rp 300 triliun. Itu juga untuk membangkitkan ekonomi masyarakat," kata dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Sudah Diterapkan di Daerah Lain

Tumpukan sampah di TPSS Kesambi Cirebon didominasi oleh plastik. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Zainal mengungkapkan, saat ini konsep Masaro telah diterapkan di sejumlah daerah di Indonesia, seperti Indramayu, Cilegon dan Cirebon.

"Itu disambut baik oleh masyarakat, mereka makin giat mengumpulkan sampahnya. Kita kerja sama dengan BUMN PT Polytama di Indramayu, Chandra Asri di Cilegon, Dow Chemical International di Cirebon. Sekarang mulai kota-kota lain seperti Pekanbaru," ungkap dia.

Menurut Zainal, konsep ini ‎telah terbukti bukan hanya mampu mengatasi masalah sampah tetapi juga memberikan pendapatan tambahan bagi masyarakat yang terlibat.‎

"Jadi penerapan Masaro tidak hanya mengurangi sampah ke TPA (tempat pembuangan akhir), tetapi juga mengurangi beban masyarakat. Jadi mereka bukan membayar (agar sampahnya diangkut), justru mereka dibayar," tandas dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya