Datang Awal hingga Angkat Jempol, 6 Kebiasaan di Jepang yang Tak Lazim di Negara Lain

Inilah 6 hal aneh yang biasa dilakukan orang-orang Jepang di kehidupan sehari-hari, tetapi justru terlihat aneh di mata penduduk dunia.

oleh Afra Augesti diperbarui 09 Agu 2018, 20:10 WIB
Sejumlah wanita Jepang berjalan bersama mengikuti Coming of Age Day atau Hari Kedewasaan di Taman Toshimaen, Tokyo, Jepang, Senin, (8/1). Acara diikuti wanita Jepang yang akan menginjak usia 20 tahun sambil mengenakan kimono. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Tokyo - Jepang dikenal sebagai negara yang kental akan keaslian budayanya. Sejumlah tradisi kuno yang diturunkan secara turun temurun masih melekat kuat di kehidupan sehari-hari para penduduk, bahkan mereka yang tinggal di kota modern sekali pun.

Budaya Jepang mencakup interaksi antara budaya asli Jomon yang kukuh dengan pengaruh dari luar negeri. Mula-mula Tiongkok dan Korea yang banyak membawa pengaruh sekitar 300 SM.

Lalu gabungan tradisi budaya Yunani dan India, memengaruhi bidang seni dan keyakinan di Jepang sejak Abad ke-6 Masehi, dilengkapi dengan pengenalan agama Buddha sekte Mahayana.

Sejak abad itu, pengaruh Eropa mulai menonjol, disusul dengan pengaruh Amerika Serikat yang mendominasi Jepang setelah berakhirnya Perang Dunia II.

Kendati terpengaruh sedikit budaya dari luar, namun Jepang masih terus memegang teguh kearifan lokal. Negeri Sakura juga turut mengembangkan budaya yang original dan unik. Dalam sektor kesenian misalnya ikebana, origami, dan ukiyo-e). Sektor kerajinan tangan antara lain pahatan, tembikar, persembahan (boneka bunraku, tarian tradisional, kabuki, noh, rakugo).

Sedangkan dalam hal tradisi mencakup permainan asli Jepang, onsen, sento, upacara minum teh, serta makanan khas Jepang.

Namun ada hal unik lain yang umumnya dilakukan di Jepang, tetapi justru menjadi sesuatu yang tabu di negara lain. Semisal, di kebanyakan negara di dunia, kita tidak diperbolehkan bersuara ketika menyantap makanan.

Di banyak negara Barat, satu-satunya suara yang harus didengar di meja makan adalah obrolan dan dentingan perak. Namun di Jepang, menyeruput makanan --terutama sup atau ramen-- adalah hal yang diwajibkan. Bahkan, itu dianggap sebagai cara yang tepat untuk menggambarkan jika sup atau ramen yang disajikan enak.

Lantas, apa lagi yang lumrah di Jepang namun tabu di negara lain?

Melansir media lokal, Japan Today, Kamis (9/8/2018), inilah 6 hal yang biasa dilakukan di Jepang, tetapi akan dianggap aneh di negara-negara dunia.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:


1. Memotret Tanpa Izin

Senyum manis fans Jepang saat menunggu pertandingan antara jepang vs Kolombia di Pantanal Arena pada 24 Juni 2014 ( AFP PHOTO/LUIS ACOSTA)

Banyak orang merasa tidak nyaman ketika diminta untuk berfoto dengan orang asing, beberapa di antaranya tidak mempermasalahkan, asal sudah meminta izin terlebih dahulu.

Namun di Jepang, Anda diperkenankan untuk berfoto bersama penduduk negara itu dan mengabadikan sebuah rumah pribadi seseorang tanpa harus izin dahulu. 


2. Datang Terlalu Awal

Ilustrasi jam tangan. (iStock)

Di Jepang, jika Anda tiba di sebuah acara setidaknya 10 menit lebih awal, Anda sudah dikategorikan sebagai orang yang terlambat. Namun, di negara lain, datang ke sebuah acara terlalu dini dianggap tidak sopan, sebab tuan rumah masih mempersiapkan segala sesuatunya.

Banyak orang Jepang menemui kendala ketika belajar "aturan tidak tertulis ini", saat mereka berada di luar negeri. Terkadang, mereka menjadi satu-satunya tamu di sebuah pesta yang datang setengah jam sebelum acara dimulai.


3. Angkat Jempol

Presiden AS Donald Trump memberikan jempolnya seusai berjabat tangan dengan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un dalam pertemuan bersejarah di resor Capella, Pulau Sentosa, Selasa (12/6). Trump dan Kim saling melemparkan senyum. (AP/Evan Vucci)

Di Jepang dan dunia Barat, mengangkat jempol tangan adalah sebuah tanda setuju. Akan tetapi, di Timur Tengah, Afrika barat dan selatan, mengangkat jempol adalah sebuah bentuk penghinaan, setara dengan mengacungkan jari tengah di negara-negara Barat.


4. Mengunyah Permen Karet

Ilustrasi permen karet. (iStockphoto)

Sebagian besar toko di Jepang menjual permen karet. Hampir tak ada satu toko yang tak menyediakan permen karet. Alasan seluruh toko menjual jajanan manis ini adalah orang-orang Jepang ingin napas mereka selalu segar sepanjang hari.

Berbeda halnya dengan Jepang. Di Singapura, membawa permen karet adalah tindakan ilegal, bahkan untuk konsumsi pribadi sekalipun. Mereka yang melanggar aturan ini harus membayar denda.


5. Tidak Meninggalkan Sisa Makanan di Piring

Onigiri adalah nasi kepal khas jepang yang banyak dijual di pinggir jalan atau supermarket. Onigiri sendiri makanan berupa nasi yang dipadatkan sewaktu masih hangat dan dibawahnya ditutupi dengan nori atau rumput laut kering. (Istimewa)

Di Jepang, anak-anak dilatih untuk menghabiskan seluruh sisa makanan, terutama ketika disajikan di atas piring, termasuk butiran nasi, sebelum dibereskan dari meja makan.

Akan tetapi di China, hal tersebut tidak diperbolehkan. Adalah sesuatu yang sopan bila Anda menyisakan makanan di piring. Ini merupakan ungkapan terimakasih kepada tuan rumah atas kemurahan hatinya memberi Anda makanan. Jika semua makanan dimakan dan tak bersisa, itu artinya pemberian dari tuan rumah masih kurang.


6. Duduk Posisi Seiza

Duduk posisi seiza ala Jepang. (iStock)

Di Jepang, duduk dengan posisi "seiza" (duduk di atas bantalan dengan kaki terlipat di bawah bokong), secara harfiah diterjemahkan sebagai "duduk yang layak".

Namun di Korea, duduk ala "seiza" dikenal sebagai "gaya duduk tahanan" dan secara luas dianggap sebagai sebuah cara untuk membuat tamu Anda merasa sakit.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya