Soal Peretasan Situs PKS, Pakar: Jangan Mau Jadi Makanan Empuk Hacker

Pakar keamanan siber dan kriptografi Pratama Persadha mengatakan peretasan situs PKS harus dimaknai dengan pengamanan lebih ketat oleh semua pihak terkait.

oleh Iskandar diperbarui 09 Agu 2018, 16:59 WIB
Hacker asal Rusia kabarnya mencuri data rahasia milik NSA. (Doc: Lifehacker)

Liputan6.com, Jakarta - Serangan hacker pada situs PKS yang dialamat ke situs web pks.id tentunya memanaskan suasana politik Tanah Air. Terlebih saat ini sedang hangat dengan pencalonan capres-cawapres yang berakhir pada 10 Agustus 2018.

Menanggapi hal ini pakar keamanan siber dan kriptografi Pratama Persadha mengatakan upaya pihak tidak bertanggungjawab ini harus dimaknai dengan pengamanan lebih ketat oleh semua pihak terkait, terutama partai politik dan pemerintah.

"Jangan sampai karena infrastrukturnya siber lemah dalam pengamanan, menjadi makanan empuk para hacker (peretas)," katanya kepada Tekno Liputan6.com via pesan singkat, Kamis (9/8/2018). 

Untuk mengetahui siapa di balik aksi serangan deface pada situs web PKS, Pratama melanjutkan, perlu dilakukan digital forensik lebih dalam untuk mengetahui sejauh mana peretas bisa masuk dan melakukan perusakan.

"Serangan bisa terjadi karena sistemnya lemah, baik aplikasi web atau bahkan serangan lewat jaringan router-nya. Apalagi web PKS ini belum dilengkapi SSL, jadi sangat rentan," ucapnya menerangkan.

Sebenarnya, ungkap Pratama, terdapat berbagai macam cara untuk mengamankan web seperti penambahan teknologi web application firewall (WAF), content delivery system (CDN), penetration test, dan secure web programming.

Pakar Keamanan Siber Indonesia, Pratama Persadha. (foto: Liputan6.com/edhie prayitno ige)

"Mengenai motif dari serangan tersebut tentunya tidak dapat dilihat serta merta hanya dengan melihat kontent dari halaman defacement yang dilakukan," pungkasnya.


Tampilkan Gambar Prabowo Jenderal Kardus

(Foto rangkuman dari berbagai sumber) Isinya apa tuh?

Sebelumnya, situs resmi PKS, PKS.id, diretas hacker pada Kamis pagi (9/8/2018).

Pantauan Tekno Liputan6.com saat mengakses situs tersebut, situs di-deface dengan menampilkan gambar Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bertelanjang dada.

Terungkap pula kalau situs diretas oleh hacker yang mengaku bernama @kakekdetektif.

Foto Prabowo Subianto itu juga ditambahkan tulisan provokatif yang menyebut kalau mantan Danjen Kopassus itu sebagai Jenderal Kardus. Si hacker bahkan mengungkit kasus 1998.

“Halo Jenderal Kardus, Jenderal, kami ingat terkait tragedi 1998. Mundurlah dari partaimu, apa yang dikatakan Andi Arief adalah benar adanya. Sandiaga sogok PAN dan PKS 500 miliar! Hidup jenderal Kardus,” begitu bunyi tulisan provokatif tersebut.

Hingga saat ini, saat kami mengakses kembali situs tersebut, gambar itu tidak lagi muncul. Namun, situs masih tidak bisa diakses. Kemungkinan besar pihak PKS sudah melakukan take down gambar tersebut dan memulihkan situs.

Situs PKS yang diretas hacker. (Foto: PKS.id)

Seperti diketahui sebelumnya Partai Demokrat Andi Arief menyebut Prabowo Subianto sebagai Jenderal Kardus.

Adanya mahar politik Rp 500 miliar menjadi alasan geramnya Partai Demokrat terhadap Prabowo.

Andi meyakini Prabowo telah melakukan politik transaksional sebesar Rp 500 miliar agar wakil gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno menjadi calon wakil presidennya. 

"Saya Andi Arief tidak pernah membuat isu dalam karir politik saya," kata dia saat menjawab keabsahan kabar mahar tersebut di Rumah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Jalan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (9/8/2018).

Karena ini, Andi menegaskan sebutan Jenderal Kardus pantas melekat pada Prabowo lantaran langkahnya yang tak cakap dalam memperhitungkan harmonisasi koalisi.

"Pertama Demokrat itu dalam posisi diajak oleh Jenderal Prabowo untuk berkoalisi. Diajak ya, kita tidak pernah menawarkan siapa-siapa walau Pak Prabowo menawarkan AHY untuk jadi wakilnya," tegas Andi.

"Tapi hari ini kami mendengar justru sebaliknya. Ada politik transaksional yang sangat mengejutkan. Itu membuat saya menyebutnya jadi jendral kardus, jendral yang gak mau mikir," tegas dia lagi.


Menerima Lobi Politik

Presiden PKS Sohibul (tengah) memberikan keterangan pers usai pertemuan tertutup dengan Ketum Partai Gerindra, Prabowo Subianto di kantor DPP PKS, Jakarta, Senin (30/07). Kedatangan Prabowo membahas Cawapres dan koalisi. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Andi Arief secara gamblang menuding Prabowo menerima lobi-lobi politik, di luar sepengetahuan Partai Demokrat. Karenanya, secara pribadi Andi merasa partainya telah diselingkuhi oleh sang jenderal.

"Kami memberi sarat kepada Pak Prabowo agar dihitung matang untuk mencapai kemenangan. Kami tidak pernah bertemu dengan partai manapun, kecuali PAN dan PKS. Kita tidak pernah berselingkuh," jelas dia.

Kendati demikian, Andi masih menyambut baik itikad Prabowo yang mau menyambangi Ketum Demokrat SBY. Hal itu disebut Andi masih dalam koridor dukungan penuh partainya menjadikan Prabowo calon presiden.

"Kami sebetulnya ingin mendorong Pak Prabowo utuk menjadi presiden. Orang yang didorong itu harus punya komitmen yang kuat. Jadi saat ini kami masih bersama Pak Prabowo. Saya kira itu saja," pungkas Andi Arief.

(Jek/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya