Dipilih Jadi Cawapres, Sandi Lengkapi Prabowo di Bidang Ekonomi

Sandiaga Uno selama ini memiliki latar belakang panjang sebagai pengusaha. Sehingga di mata pengusaha, sosok Sandi ini akan menjadi daya tarik tersediri.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 10 Agu 2018, 11:45 WIB
Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno tiba di Balai Kota untuk menyerahkan surat pengunduran diri, Jumat (10/8). Sandiaga mengundurkan diri sebagai wakil gubernur DKI Jakarta karena maju sebagai cawapres Prabowo Subianto. (Liputan6.com/Herman Zakahria)

Liputan6.com, Jakarta Prabowo Subianto telah memilih Sandiaga Uno sebagai calon wakil presiden dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Banyak hal yang bisa dianalisis dari dipilihnya Sandi oleh Prabowo.

Direktur Eksekutif Economic Action Indonesia (EconAct Indonesia) Ronny P Sasmita mencoba menganalisis bahwa sosok Sandiaga menjadi pelengkap bagi Prabowo yang memiliki latar belakang lebih kuat di bidang militer dan politik.

Menurut Ronny, ini sekaligus menjadi bukti keseriusan Prabowo dalam mewujudkan reformasi ekonomi Indonesia yang selama ini dianggap belum maksimal.

"Prabowo berangkat dengan tesis yang berbeda, bahwa ekonomi nasional sudah berada dalam arah yang salah dan memerlukan redefinisi, rekonstruksi, dan rekonfigurasi besar-besaran. Sehingga memilih wakil yang paham tentang ekonomi adalah pilihan yang sesuai dengan platform politik Prabowo," ucap Ronny kepada Liputan6.com, Jumat (10/8/2018).

Baginya, Sandi selama ini memiliki latar belakang panjang sebagai pengusaha. Sehingga di mata pengusaha, sosok Sandi ini akan menjadi daya tarik tersediri.

Selain itu, Sandi juga sudah membuktikan sepak terjangnya di dunia politik ketika berhasil memenangi pilkada dan menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta.

"Sehingga secara ekonomi, Sandi tampaknya membawa aura baru bagi Prabowo, terutama soal prospek ekonomi Indonesia jika mereka menang," tambah Ronny.

"Sandi dianggap paham pasar, mengerti ekspektasi dan prikologi pasar, dan punya track record bagus dalam dunia bisnis," Ronny mengakhiri. 


Pasar Tunggu Program Ekonomi Prabowo-Sandi

Sandiaga Uno menyerahkan surat pengunduran diri sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta di Balai Kota Jakarta, Jumat (10/8). Sandiaga mengundurkan diri setelah mendeklarasikan diri menjadi cawapres mendampingi Prabowo Subianto. (Liputan6.com/Herman Zakahria)
Prabowo Subianto resmi mengangkat Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno sebagai calon wakil presiden (cawapres) untuk mengikuti Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. 
 
Pengamat Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira mengatakan, pilihan ini seakan memberi sinyal positif kepada sektor perekonomian negara. Sebab Sandi, sapaan akrab Sandiaga Uno, memiliki latar belakang sebagai seorang pengusaha.
 
Namun begitu, ia menambahkan, pasar masih menunggu, program ekonomi seperti apa yang kelak diusung pasangan calon (paslon) Prabowo-Sandi.
 
"Sandi background-nya pengusaha, jadi cukup memahami persoalan ekonomi. Tapi ekspektasi pasar masih wait and see program ekonomi Prabowo-Sandi," ucap dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Jumat (10/8/2018).
 
Isu pemilihan Sandi sebagai pendamping Prabowo terkuak belum lama ini. Sebelumnya, beberapa nama seperti Agus Harimurti Yudhoyono, Ustaz Abdul Somad, hingga Gubernur DKI Anies Baswedan digadang-gadang sebagai calon pasangan Ketua Umum Gerindra tersebut.
 
Dengan beredarnya kabar Sandiaga Uno sebagai cawapres Prabowo, Bhima menyebutkan, itu berdampak terhadap kenaikan harga saham PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) yang ditutup menguat 0,82 persen ke level Rp 3.710 per saham pada 9 Agustus 2018.
 
"Namun, penguatan hanya terbatas di saham Sandi (SRTG). IHSG ditutup melemah -0,49 persen," kata dia.
 
Bhima pun sempat diajak berandai-andai dan menyatakan sentimen pasar akan negatif bila Prabowo memilih Ustadz Abdul Somad sebagai cawapresnya.
 
Bila hal ini terjadi, dia menyampaikan, tensi politik dan ekonomi bisa lebih panas karena mempertarungkan dua sosok ulama religius.
 
"Investor bakal wait and see sampai Pilpres selesai. Keputusan investasi yang sifatnya jangka panjang akan tertunda. Pengaruh ke realisasi investasi bahkan bisa hambat pertumbuhan ekonomi," pungkas dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya