Liputan6.com, Jakarta Crocs mengumumkan menutup pabrik atau toko manufakturnya pada Selasa, (7/8/2018). Lantas bagaimana kelanjutan bisnis merek sepatu asal Colorado, Amerika ini?
Pertanyaan itu diajukan salah seorang penggemar sepatu karet yang dikenal dengan warna mencolok tersebut. Ia meminta penjelasan bagaimana kelanjutan nasib pemakai sepatu berlambang buaya itu?
Advertisement
Menjawab kegelisahan para pecinta merek Crocs, lewat akun resmi Twitter @Crocs Shoes, membalas "FALSE ALARM: We aren't going anywhere," cuitnya.
Pernyataan Resmi Crocs
Pernyataan resmi juga disampaikan Crocs yang menjawab mereka akan tetap dalam pusaran bisnis. Setelah menutup pabrik di Meksiko, Italia juga akan menyusul.
"Sehubungan dengan upaya menyederhanakan bisnis dan meningkatkan profit, selama kuartal kedua, perusahaan menutup fasilitas manufaktur di Meksiko. Setelah itu pabrik terakhir di Italia juga akan menyusul," begitu keterangan resmi perusahaan.
Saat dihubungi CNBC, Jumat (10/8/2018) Crocs masih enggan menaggapi langkah bisnis setelahnya dan memilih untuk tidak berkomentar.
Advertisement
Merugi Sejak Lama
Selain pengumuman penutupan pabrik, perusahaan juga mengabarkan jika Wakil Presiden Eksekutif dan CFO Crocs Carrie Teffner akan meninggalkan perusahaan pada April 2019. Posisinya digantikan oleh mantan Wakil Presiden dan CFO sepatu Zappos Anne Mehlman.
Sejak 2014, perusahaan sudah mengalami krisis keuangan karena selalu merugi. Crocs yang dibuat pada 2003 ini sempat menikmati masa kejayaannya pada tahun 2007 dengan penjualan terbanyak.
Minimnya inovasi produk disebut menjadi salah satu alasan sepatu kasual itu terus merugi. Selain itu, sepatu yang dikenal awet justru menjadi bumerang karena tidak membuat konsumen membeli lagi. Terakhir, produk palsunya mudah ditemui dengan harga miring, bahkan dijual di pasar tradisional.