Ini Cara Unik Warga Seantero Eropa Atasi Cuaca Panas Ekstrem

Ada beragam cara yang diterapkan oleh orang-orang di Eropa dalam menghadapi cuaca panas yang buruk.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Agu 2018, 12:32 WIB
Dua wanita melompat ke air di pantai La Concha saat musim panas di kota basque San Sebastian, Spanyol (3/8). Udara panas dari Afrika membawa gelombang panas ke Eropa, mendorong peringatan kesehatan tentang debu Sahara Desert. (AP Photo/Alvaro Barrientos)

Liputan6.com, Paris - Baik turis mancanegara maupun warga lokal di Benua Eropa merasakan sengatan matahari yang luar biasa selama cuaca panas musim ini. Tapi tidak semua orang sengsara dengan suhu tinggi tersebut.

Ketika orang-orang di seluruh Eropa menemukan berbagai cara untuk menyejukkan diri, salah satu kebun binatang di Praha, Republik Ceko memberikan makanan istimewa kepada hewan peliharaannya untuk membantu mengatasi panas: es buah beku.

"Kami menyiapkan 'es lilin' spesial di mana kami memasukkan buah ke dalam air dalam sebuah wadah, membekukannya, dan menggantung dua blok es itu di kandang,” ujar petugas kebun binatang.

Seekor gorila dataran rendah, Richard, sedang menjilati es krim di Kebun Binatang Praha, Republik Ceko, Senin (6/8). Pengelola bonbin memberikan es krim dari buah-buahan agar binatangnya tidak tersiksa selama gelombang panas. (AP/Petr David Josek)

Sedangkan di Paris minggu ini, penduduk dan wisatawan menghadapi cuaca panas yang terik dengan suhu mencapai hampir 40 derajat Celcius. Air mancur menjadi salah satu "obat" untuk menyejukkan diri.

Orang-orang mendinginkan badan di air mancur saat gelombang panas menyapu seluruh Eropa utara di Nice, Prancis, Selasa (31/7). Sebagian wilayah Prancis telah menjadi daerah waspada tinggi karena meningkatnya gelombang panas. (AFP/VALERY HACHE)

"Kita tidak begitu terbiasa dengan cuaca panas ini, tetapi Trocadero adalah tempat yang sangat baik untuk bersantai, mendinginkan badan sebelum pergi dan melakukan sesuatu yang lain," kata Sarah Cole, seorang turis, sebagaimana dikutip dari VOA Indonesia, Jumat (10/8/2018).

"Sulit tetapi kota ini tetap indah, jadi kami masih senang berada di sini walaupun kepanasan," ujar Lorenzo, turis Italia.

Portugal dan Spanyol juga dilanda panas, sementara temperatur terus meningkat. Untuk menyejukkan diri, penduduk kota Amora --di luar Lisbon-- pergi ke pantai.

"Suhu sangat tinggi, tetapi kami berhasil melawannya dengan datang ke sini, ke pantai. Airnya sejuk ketika dinikmati saat cuaca panas," ujar David Neves, warga Verdizela, Portugal.

"Memang benar ini musim panas, bahkan terlalu panas, kita sampai tidak bisa bernapas," imbuh Ana Silva warga Portugal lainnya.

Warga Australia menghabiskan waktunya di pantai Bondi Sydney selama gelombang panas yang melanda wilayah Australia, (20/11/2015). Badan Meteorologi Australia mencatat suhu mencapai lebih dari 40 derajat celsius dan akan meningkat. (REUTERS/Jason Reed)

Tetapi cuaca panas tahun ini menguntungkan para petani dan produsen anggur di Jerman. Panen mereka tidak hanya jatuh lebih awal, tetapi hasilnya juga lebih besar, yang artinya mereka jadi lebih untung.

"Tahun ini kami sudah memanen pada awal Agustus, artinya Federweisser (anggur muda) akan dijual di toko pada hari Jumat, atau di tempat-tempat di mana kami menyajikannya. Itu luar biasa, pasar menunggu anggur kami," kata seorang petani anggur Mathias Wolf.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:


Cuaca Mencapai 41,1 Derajat Celsius di Jepang, 77 Orang Tewas

Gelombang Panas di Jepang, Heatstroke Tewaskan Puluhan Orang? (Kyodo-News-Agency)

Ibu kota Negeri Matahari Terbit masih dilanda cuaca panas ekstrem, dengan suhu paling tinggi tercatat menyentuh 41,1 derajat Celsius pada Senin, 23 Juli 2018, sekitar pukul 02.16 siang waktu setempat.

Dikutip dari Straits Times, Selasa 24 Juli, kondisi tidak biasa itu tercatat paling lama terjadi di Distrik Kumagaya, Prefektur Saitama, yang masih merupakan bagian dari wilayah megapolitan Tokyo. Suhu tinggi ini mengalahkan rekor cuaca panas ekstrem sebelumnya, yakni 41 derajat Celsius, yang terjadi pada Agustus 2013.

Menurut otoritas Jepang, setidaknya 77 orang, sebagian besar orangtua, dikabarkan meninggal, termasuk seorang murid yang jatuh pingsan sepulang dari sekolah Minggu.

Selain itu, lebih dari 30 ribu orang dilarikan ke rumah sakit karena kelelahan akut, dan mengalami gejala stroke, pasca-terkena paparan cuaca panas ekstrem yang terjadi hampir seminggu terakhir.

Cuaca panas tersebut juga dilaporkan kian memperumit distribusi bantuan ke wilayah barat Jepang, yang dua minggu lalu dilanda banjir bandang dan tanah longsor.  Bencana itu setidaknya menewaskan 222 korban jiwa, serta membuat ribuan orang mengungsi dari rumah mereka.

Sementara itu, hitung-hitungan dampak bencana oleh stasiun televisi NHK menunjukkan bahwa rata-rata 38 warga Tokyo meninggal karena cuaca panas ekstrem bulan ini, dengan 21 kasus di antaranya terjadi antara Jumat dan Minggu.

Prakiraan cuaca menyebut Tokyo dan sekitarnya akan mengalami sedikit penurunan suhu dalam beberapa hari ke depan.

Salah seorang pejabat Badan Meteorologi Jepang (JMA), Motoaki Tatekawa, mengatakan kepada wartawan pada Senin, 23 Juli 2018, bahwa sebagian wilayah di Jepang akan terus mengalami suhu di atas 35 derajat Celsius hingga awal Agustus.

Hal ini, menurut JMA, disebabkan oleh dua sistem bertekanan tinggi yang memampatkan udara hangat ke tanah, serupa dengan dua lapisan awan tebal yang menutupi kepulauan Jepang.

JMA telah mengeluarkan imbauan dan panduan menyelamatkan diri dari cuaca panas ekstrem ke seluruh wilayah Jepang, kecuali bagian utara Pulau Hokkaido.

Masyarakat juga dianjurkan untuk minum lebih banyak air, dan mengambil langkah-langkah yang memadai dalam menghadapi cuaca panas ekstrem.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya