PKS Tuntut Andi Arief Minta Maaf Soal Tudingan Mahar Rp 500 M

Jika tidak ada permintaan maaf, PKS akan melaporkan Andi Arief atas tuduhan fitnah.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Agu 2018, 11:51 WIB
Politikus Demokrat Andi Arief. (Liputan6.com/M. Radityo)

Liputan6.com, Jakarta Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief mengungkap adanya mahar politik di balik kesepakatan parpol koalisi pendukung Prabowo Subianto menjadikan Sandiaga Uno sebagai cawapres. Juru bicara Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Muda bidang Ekonomi, Muhammad Kholid menegaskan PKS akan bertabayun dan menuntut permintaan maaf dari Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief ataus tudingannya itu.

Jika tidak ada permintaan maaf, PKS akan melaporkan Andi Arief atas tuduhan fitnah. "Iya kalau tidak ada permintaan maaf dan klarifikasi, ini secara pribadi kan?" kata Kholid di Restoran Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (11/8/2018).

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Roy Suryo menegaskan, secara institusi partai, masalah tudingan Andi Arief kepada PAN dan PKS sudah selesai. "Saya selaku Wakil Ketua Umum Partai Demokrat mengatakan secara institusi klir," ungkapnya.

Meski demikian, Roy menyebut permasalah Andi Arief bersifat pribadi. Sehingga Demokrat mempersilakan jika PAN dan PKS ingin menempuh jalur hukum atas tudingan mahar Rp 500 miliar tersebut.


Tudingan Andi Arief

Politikus Partai Demokrat Andi Arief menyebut Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai Jenderal Kardus. Adanya mahar politik Rp 500 miliar menjadi alasan geramnya Partai Demokrat terhadap Prabowo.

Andi meyakini Prabowo telah melakukan politik transaksional sebesar Rp 500 miliar agar wakil gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno menjadi calon wakil presidennya. "Saya Andi Arief tidak pernah membuat isu dalam karir politik saya," kata dia saat menjawab keabsahan kabar mahar tersebut di Rumah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Jalan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (9/8/2018).

Andi menegaskan sebutan Jenderal Kardus pantas melekat pada Prabowo lantaran langkahnya yang tak cakap dalam memperhitungkan harmonisasi koalisi.

"Pertama Demokrat itu dalam posisi diajak oleh Jenderal Prabowo untuk berkoalisi. Diajak ya, kita tidak pernah menawarkan siapa-siapa walau Pak Prabowo menawarkan AHY untuk jadi wakilnya," tegas Andi.

"Tapi hari ini kami mendengar justru sebaliknya. Ada politik transaksional yang sangat mengejutkan. Itu membuat saya menyebutnya jadi jendral kardus, jendral yang gak mau mikir," tegas dia lagi.

Andi Arief secara gamblang menuding Prabowo menerima lobi-lobi politik, di luar sepengetahuan Partai Demokrat. Karenanya, secara pribadi Andi merasa partainya telah diselingkuhi oleh sang jenderal.

"Kami memberi sarat kepada Pak Prabowo agar dihitung matang untuk mencapai kemenangan. Kami tidak pernah bertemu dengan partai manapun, kecuali PAN dan PKS. Kita tidak pernah berselingkuh," jelas dia.

Kendati demikian, Andi masih menyambut baik itikad Prabowo yang mau menyambangi Ketum Demokrat SBY. Hal itu disebut Andi masih dalam koridor dukungan penuh partainya menjadikan Prabowo calon presiden.

"Kami sebetulnya ingin mendorong Pak Prabowo utuk menjadi presiden. Orang yang didorong itu harus punya komitmen yang kuat. Jadi saat ini kami masih bersama Pak Prabowo. Saya kira itu saja," pungkas Andi Arief.

 

Reporter: Renald Ghiffari 

Sumber: Merdeka.com

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya