Liputan6.com, Singapura Pariwisata Indonesia sukses menebar pesonanya di Sales Mission Wonderful Indonesia di Novotel Hotel Singapura. Sepanjang Selasa (7/8), Kementerian Pariwisata mencatat potensial devisa sebesar USD 13.053.280.
Nilainya setara dengan Rp 189.272.560.000 (asumsi 1USD = Rp 14.500).Convidence level Kemenpar langsung terdongkrak naik. Wonderful Indonesia semakin pede, yakin, dan optimistis. Apalagi, jumlah pax yang terjual angkanya mencapai 19.196 pax. Jauh melampaui target yang dipatok di angka 7.036 pax. Jauh juga di atas target potensial devisa sebesar USD 4.784.480.
Advertisement
“Ini menandakan destinasi yang ditawarkan sangat diminati pasar Singapura,” terang Deputi Pengembangan Pemasaran Zona 1 Kemenpar, I Gde Pitana, Kamis (9/8).
Yang membuat dia happy, kota dan destinasi yang diburu tak lagi berpusat di Bali. Untuk top 5 kota yang paling diminati ada Pontianak, Batam-Bintan, Malang-Surabaya dan Makassar yang menguntit di bawah Bali. Sementara Danau Toba, Borobudur, Bromo, Belitung dan Bogor, mencatatkan diri sebagai top 5 destinasi yang paling diminati.
“Tajuknya memang Sales Mission 10 Destinasi Branding tahap dua. Fokus penjualannya menyebar dari Aceh, Bali, Yogyakarta, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kepulauan Riau, hingga Sumatera Barat. Ternyata hasilnya luar biasa. Banyak destinasi lain di luar Bali yang sudah jadi incaran market Singapura. Angkanya pun jauh di atas target," timpal Asisten Deputi Bidang Pemasaran I Regional I Kemenpar Iyung Masruroh, yang ikut mengawal Sales Mission di Singapura.
Lantas kenapa angka itu bisa jauh melampaui target? Raihannya bahkan nyaris tiga kali lipat dari target? Sementara, destinasi dan kota yang ditawarkan tak lagi fokus ke Bali?
Soal ini, Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) Kemenpar di Singapura, Sulaiman Shehdek tak segan menguraikan jawabannya. Alasan utamanya, market Indonesia punya keunggulan kompetitif dan komparatif untuk menarik pasar Singapura. Jaraknya dekat dan waktu terbang juga tidak lama. Akses pintu masuknya terus bertambah. Belum lagi keanekaragaman budaya dan kekayaan alam Indonesia.
“Singaporean atau ekspatriat itu rata-rata orang sibuk. Waktu luangnya sangat terbatas. Yang paling cepat, mudah dijangkau, juga murah, ya Indonesia. Dan jangan segan menjadikan Singapura sebagai hub. Dari sini kita bisa distribusikan wisatawan dari berbagai penjuru dunia ke Indonesia,” paparnya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya juga seirama. Menempatkan Singapura sebagai hub, kata dia, itu sudah pas. Apalagi, sampai saat ini, jutaan orang selalu rajin transit di Changi setiap tahun. Limpahan dari pengunjung Singapura itu yang ingin dimanfaatkan.
“Ini namanya menjaring ikan di kolam yang sudah banyak ikannya. Sekali ciduk sudah banyak ikan ikan yang terangkut. Singaporean dapat. Ekspatriat dan penumpang yang transit juga bisa kita dapat,” ucap Arief Yahya, Menteri Pariwisata RI.
(*)