Liputan6.com, Jakarta - Lomba-lomba berikut ini biasa diadakan dalam rangka memeriahkan hari kemerdekaan. Namun tahukah kamu kalau terdapat kisah sedih di baliknya?
1. Lomba panjat pinang
Panjat pinang merupakan salah satu perlombaan yang selalu ada di hari kemerdekaan Republik Indonesia. Hadiah yang disediakan juga bermacam-macam. Dari yang murah, sampai sepeda motor.
Baca Juga
Advertisement
Nama panjat pinang diambil dari bahasa Belanda. Dulu, perlombaan ini dinamakan 'De Klimmast' yang berarti panjang tiang. Meski permainan ini dibawa ke Indonesia dari Belanda, tapi tak satupun orang Belanda yang mau mengikuti perlombaan ini.
Mereka merasa jijik karena di perlombaan ini, orang yang berada di paling bawah harus rela diinjak-injak agar temannya bisa sampai ke atas. Perlombaan ini dibuat orang Belanda untuk menertawakan bangsa Indonesia. Karena dulu susah mendapatkan makanan, orang Indonesia pun rela malah dengan senang hati mendaftarkan diri dalam perlombaan ini hanya demi mendapatkan sedikit beras.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
2. Lomba makan kerupuk
Meski hanya berupa kerupuk yang diikat di tiang, lomba ini cukup seru untuk diikuti. Para peserta diharuskan menghabiskan kerupuk yang tergantung tersebut tanpa menyentuhnya sama sekali.
Tak jauh berbeda dengan kisah sebelumnya, kerupuk menjadi lambang bangsa Indonesia pernah merana dijajah Belanda. Sulitnya mendapatkan makanan membuat orang-orang terkadang cuma bisa makan nasi dengan kerupuk. Untuk mengenang hal tersebut, dibuatlah lomba dengan memakan kerupuk di hari kemerdekaan.
Advertisement
3. Lomba tarik tambang
Dalam perlombaan ini, dua tim akan menguji kekuatan kelompok mereka dengan saling menarik tali tambang. Jika salah satu anggota tim melewati garis batas yang ditentukan atau terjatuh, maka lawan akan menjadi pemenangnya.
Terciptanya lomba ini tak jauh dari sejarah bangsa Indonesia yang pernah dipaksa kerja berat oleh bangsa Belanda. Kurangnya hiburan membuat para pekerja menggunakan tali tambang menjadi sebuah guyonan. Hal tersebut kemudian lestari hingga kini.
Penulis: Yeni Endah
Sumber: Brilio.net