Liputan6.com, Jakarta - Michael Bambang Hartono genap berusia 79 tahun pada 2 Oktober mendatang. Meski begitu, atlet timnas Bridge Indonesia ini masih tetap bugar dan siap tampil maksimal di Asian Games 2018.
Bahkan belum lama ini, Bambang Hartono dan anggota Timnas Bridge Indonesia lainnya baru saja menjalani pemusatan latihan dan try out selama satu setengah bulan di Eropa dan Amerika Serikat.Ini merupakan bagian dari persiapan Timnas Bridge Indonesia untuk mengejar target dua medali emas di Asian Games nanti.
Baca Juga
Advertisement
Hartono mengatakan, tak banyak hal spesial yang biasa dilakukannya untuk menjaga fisik. Namun dia punya hobi olahraga lain yang membantunya untuk menjaga badan tetap fit.
"Saya punya hobi lain yaitu tai chi. Ini membantu saya dalam menjaga konsentrasi. Kalau makanan biasa saja, yang pasti tidak lupa makan sayur dan buah-buahan," katanya kepada wartawan, Sabtu (11/8/2018).
Dia juga mengaku tak mau memaksakan diri saat berlatih Bridge. Dia berusaha agar hobi main bridge tak mengganggu kegiatan utamanya, kecuali saat mengikuti pemusatan latihan dan try out Asian Games di Amerika Serikat dan Eropa.
"Bridge itu sampingan, gak boleh mengganggu kerja. Saya biasanya berlatih setiap Jumat sore dan Sabtu," ujarnya.
Suka Bridge Sejak Usia Dini
Bambang bercerita sudah menyukai olahraga Bridge sejak kecil. Tepatnya saat berusia 6 tahun pada 1945 lalu.
"Saya melihat paman main bridge, saya langsung tertarik. Saya suka olahraga yang ada tantangannya. Bridge itu punya banyak tantangan dan variasi kartu bahkan hingga berjuta-juta," ujarnya.
"Selain itu hobi bridge juga berhubungan dengan bisnis. Dalam olahraga ini ada bidding. Ini jelas sekali berhubungan dengan dunia usaha dan juga kehidupan," katanya, menambahkan.
Bridge juga disebutnya membantu untuk mengenal karakter seseorang, utamanya yang bakal jadi pemimpin. "Dari permainan bisa dilihat bagaimana seseorang saat mengambil keputusan," ujarnya.
Advertisement
Segudang Prestasi
Bambang Hartono mengaku sudah ikut kompetisi profesional bridge sejak 1951. Dia pun sudah menjalani banyak suka duka dalam kariernya yang panjang di dunia olahraga kartu ini.
"Bridge itu kerap dianggap sebagai olahraga judi pada awalnya. Tapi dengan penjelasan yang benar, bridge perlahan-lahan mulai dikenal di masyarakat. Saya pernah melakukan itu di Sumatera Barat dan Aceh yang terkenal dengan mayoritas muslim. Saya dekati dulu perguruan tinggi di sana lalu yakinkan dosen. Setelah itu panggil orang tua mahasiswa, lama-lama bridge bisa diterima," katanya.
Sepanjang kariernya di Bridge, prestasi di Amerika Serikat pada try out jelang Asian Games dianggapnya sebagai pengalaman yang sulit dilupakan.
"Itu karena saya sempat tertidur saat lomba karena saking lelahnya mengikuti jadwal ketat pertandingan," ucapnya.