Karena Prilly Latuconsina, Dimas Sufi Luncurkan Single "Intimidasi Dunia Maya"

Dimas Sufi mencoba melawan kekerasan di dunia maya melalui lagu “Intimidasi Dunia Maya”.

oleh Surya Hadiansyah diperbarui 13 Agu 2018, 06:00 WIB
Dimas Sufi luncurkan single baru.

Liputan6.com, Jakarta - Keterbukaan dan kebebasan di dunia maya tidak selalu berujung baik. Beberapa orang menyalahgunakannya untuk menjatuhkan orang lain melalui bullying, body shaming, hingga penindasan secara seksual, tak peduli itu kepada artis maupun masyarakat umum. Sebut saja Prilly Latuconsina, yang kerap menjadi korban dari kejahatan di dunia maya.

Berangkat dari fenomena tersebut, Dimas Sufi mencoba melawan kekerasan tersebut melalui lagu “Intimidasi Dunia Maya”. Melalui lagu tersebut, ia berusaha menyuarakan luapan emosi dan bentuk perlawanan para korban bullying kerap yang terjadi di dunia maya. Lucunya, Prilly Latuconsina lah yang menjadi dasar terciptanya lagu tersebut.

Dimas Sufi mengaku terinspirasi dari sebuah tayangan infotainment tentang kasus Prilly Latuconsina yang jatuh sakit karena ingin kurus akibat body shaming oleh warganet.

“Sekarang dunia maya jadi dunia tanpa batas. Semua orang bisa secara gamblang menyampaikan pendapatnya dengan bebas dan luas. Intimidasi dunia maya itu terjadi saat orang nggak bertanggungjawab dengan kebebasan berpendapat itu,” papar Dimas Sufi tentang lagunya melalui keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com beberapa waktu lalu.

Simak juga video menarik di bawah ini:

 


Luapan Protes

Dimas Sufi luncurkan single baru.

“Sangat wajar kalau korban merasa tertekan, depresi, bahkan sampai menyebabkan kematian. Makanya, lagu ini adalah luapan protes dan bentuk perlawanan para korban," lanjut Dimas Sufi. 

 


Video Klip

Dimas Sufi luncurkan single baru.

Dimas Sufi tidak hanya menuangkan kegelisahannya ke dalam bentuk lagu, tetapi ia juga mengubahnya ke dalam bentuk visual, yaitu dalam format video klip untuk singlenya tersebut. Ia sendiri bertindak sebagai sutradara, dibantu oleh Dudi Andrian sebagai director of photography.

“Saya mencoba menggambarkan proses luapan perasaan para korban intimidasi. Diawali dengan kondisi mereka yang nyaman dan tenang, lalu mulai frustasi, stress, depresi, sampai akhirnya merasa cuek bahwa dunia maya ini adalah milik kami,” ujarnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya