Liputan6.com, Havana - Hari ini, tepat 92 tahun silam, seorang bayi laki-laki lahir. Ia diberi nama Fidel Castro. Yang kemudian menjadi pemimpin revolusioner Kuba. Ia merupakan diktator terlama sepanjang sejarah dunia, yakni berkuasa di Kuba selama 49 tahun.
Fidel Castro lahir di Oriente, provinsi paling timur di Kuba. Ia merupakan putra dari imigran asal Spanyol. Fidel kecil menempuh pendidikannya di sekolah asrama Katolik Roma di Santiago de Cuba. Demikian seperti dikutip dari History, Senin (13/8/2018).
Ketika menjadi mahasiswa, Castro telah aktif dalam sejumlah pergerakan nasional, termasuk upaya menggulingkan diktator Dominika Rafael Trujillo. Pada tahun berikutnya, Fidel ambil bagian dalam pergerakan di Bogota, Kolombia. Ia yang saat itu masih menjadi mahasiswa, sangat memegang teguh prinsip Marxisme yang anti-Amerika.
Pada tahun 1951, Fidel Castro mencalonkan diri sebagai anggota legislatif dari Partai Ortodoxo. Namun belum sampai di hari pemilihan, terjadi aksi kudeta ayang dilakukan oleh Jenderal Fulgencio Batista. Castro menjadi oposisi Jenderal Batista dan melakukan pemberontakan dan menyerang barak militer terbesar kedua Kuba di Santiago de Cuba.
Castro bertekad merebut senjata dan stasiun radio untuk mengumumkan revolusi. Namun rencananya itu gagal. Castro dan kelompoknya ditangkap. Ia diadili dan dijatuhi hukuman 15 tahun penjara karena dianggap bersekongkol untuk menggulingkan pemerintahan Kuba.
Dua tahun kemudian, Batista yang merasa bahwa pemerintahannya dan stabilitas keamanan Kuba sudah sangat stabil, memutuskan untuk memberikan amnesti kepada Fidel Castro. Castro kemudian pergi dengan saudaranya laki-lakinya, Raul, ke Meksiko. Mereka merencanakan pemberontakan baru ke Kuba, merekrut sejumlah pejuang, dan berkomplot dengan Ernesto "Che" Guevara, seorang Marxis dari Argentina.
Pada 2 Desember 1956, Castro dan 81 pria bersenjata mendarat di Pantai Kuba, kemudian dihadang tentara Kuba. Pertempuran kecil terjadi. Hampir semua pengikut Castro dibunuh dan ditangkap, kecuali Castro, Raul, Che Guevara dan sembilan orang lainnya yang melarikan diri ke Pegunungan Sierra Maestra.
Castro kemudian berkoalisi dengan para kelompok revolusioner dari seluruh Kuba untuk melawan pemerintah Batista. Serangan pun dilancarkan kembali, dan berhasil mengalahkan tentara pemerintah. Castro naik pamor, didukung kaum tani yang berharap pada dirinya untuk mereformasi aturan pertanian. Sementara, Batista yang dalam kondisi terdesak, mendapat bantuan dari Amerika Serikat, untuk menggempur para pemberontak.
Baca Juga
Advertisement
Pertengahan tahun 1958, sejumlah kelompok pemberontak lain juga menyerang pemerintah Batista. Apes, pada saat yang bersamaan, Amerika Serikat mengakhiri bantuan militernya. Pada 26 Juli 1958, Che Guevara menyerang Kota Santa Clara dan pasukan Batista mundur. Batista kemudian melarikan diri ke Dominika pada 1 Januari 1959.
Castro yang saat itu didukung 1.000 pemberontak, telah berhasil memegang kendali atas 30 ribu tentara pemerintah Kuba. Karena pemimpin pemberontak lain tak punya dukungan yang besar, maka Casto lah yang kemudian didaulat sebagai pemimpin Kuba. Pada 16 Februari 1959, ia dilantik sebagai Perdana Menteri Kuba.
Pada awalnya, Amerika Serikat mendukung pemerintahan Castro. Namun sejak diktator Kuba itu menerapkan sistem Marxisme, meluncurkan program Reformasi Agragria dan menasionalisasi seluruh aset AS di Kuba, Negeri Paman Sam berang dan berbalik arah untuk melawan Castro.
Pada masa Castro, Kuba begitu garang lewat kebijakan ekonomi dan politik internasionalnya. Casto yang selama 49 tahun menjabat, telah menghadapi masa pemerintahan 9 presiden AS, yang berganti-ganti dalam kurun waktu tersebut.
Di bawah kepemimpinan Castro, Kuba mengalami kemajuan dalam bidang pendidikan dan kesehatan. Di sisi lain, ia sendiri adalah pemimpin yang tergolong diktator. Siapapun yang menentang pemerintahannya, dihukum penjara. Namun sejak Uni Soviet runtuh pada 1991, Castro kehilangan sumber bantuan yang berharga. Sejak itulah, masa keemasan Kuba mulai meredup.
Memasuki tahun 2008, Castro akhirnya melepas jabatan presidennya. Keputusan itu ia ambil setelah kondisi kesehatannya yang tak kunjung membaik. Meski begitu, ia tetap ikut campur dalam urusan pemerintahan Kuba hingga meninggal pada 25 November 2016.
Sejarah juga mencatat pada 13 Agustus 1960, Republik Afrika Tengah memproklamasikan kemerdekaannya. Pada tanggal yang sama tahun 1961, Berlin terbagi dua timur dan barat.
Simak video pilihan berikut: