Liputan6.com, Jakarta - Masa berduka seekor paus pembunuh yang belakangan jadi sorotan karena berenang membawa bangkai sang bayi sepertinya telah usai. Tepat pada hari ke-17, ia akhirnya melepaskan jasad buah hatinya itu di laut lepas.
Para ilmuwan mengatakan, paus itu tak lagi membawa bangkai bayinya setelah berenang sejauh 1.000 mil atau sekitar 1.600 km.
Advertisement
"Paus itu mengejar sekelompok salmon dengan pasangannya di Selat Haro di Pulau Vancouver, Kanada. Tur kesedihannya sudah berakhir dan perilakunya sangat lincah," kata Center for Whale Research (CWR) seperti dikutip dari BBC, Senin (13/8/2018).
Paus pembunuh umumnya membawa bangkai bayinya yang mati selama sepekan, tetapi para ilmuwan meyakini induk yang satu ini membuat rekor terlama berenang bersama jasad sang buah hati.
Setelah berenang selama 17 hari dengan bangkai bayinya, induk paus orca yang dikenal sebagai J35 ini kembali menarik perhatian dunia dalam beberapa hari terakhir.
"Gambar digital Telephoto yang diambil dari pantai menunjukkan bahwa induk paus ini sepertinya sudah berada dalam kondisi fisik yang baik," kata CWR dalam sebuah pernyataan pada Sabtu 11 Agustus.
"Bangkai tersebut mungkin telah tenggelam ke dasar perairan laut pedalaman Laut Salis (antara Kanada dan AS), dan para peneliti mungkin tidak mendapatkan kesempatan untuk memeriksanya untuk nekropsi (otopsi hewan)."
Induk paus itu pertama kali terlihat membawa anaknya yang mati pada 24 Juli, di lepas pantai Pulau Vancouver.
Bangkai bayi paus itu diyakini mati pada hari yang sama. Penyebab kematiannya tidak diketahui.
Kanada dan Amerika Serikat mencantumkan Southern Residents Killer Whales terancam punah. Keberlangsungan paus orca bergantung pada salmon Chinook sebagai makanannya, namun populasi hewan itu menurun drastis dalam beberapa tahun terakhir.
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Saksikan juga video berikut ini:
Induknya Kurang Gizi
Ini adalah bayi orca pertama yang lahir dari Southern Residents Killer Whales dalam tiga tahun terakhir. Para peneliti mengatakan bahwa orca terancam punah karena habitatnya dicemari suara kapal laut, polusi air dan juga penurunan populasi salmon Chinook.
Berbeda dari orca yang lain, orca dari Southern Residents Killer Whales secara eksklusif hanya makan ikan berlemak yang populasinya menurun drastis karena penangkapan berlebih dan berubahnya habitat.
Karena kekurangan gizi, tingkat kegagalan kehamilan pada orca betina pun sangat tinggi. Sebuah studi Universitas Washington menemukan adanya kegagalan sebanyak dua pertiga dari total kehamilan orca antara 2007 dan 2014.
Saat ini hanya ada 75 paus pembunuh yang tersisa di tiga kawanan. Ini adalah tingkat terendah dalam hampir tiga dekade dan jumlahnya turun dari 98 ekor pada tahun 1995.
"Rata-rata kami berharap ada beberapa bayi orca lahir setiap tahun. Fakta bahwa kami belum pernah melihat adanya kelahiran dalam beberapa tahun terakhir dan kemudian mengalami kegagalan reproduksi adalah bukti adanya masalah berat terkait kemampuan reproduksi," ujar Brad Hanson, ahli biologi margasatwa dari Pusat Sains Perikanan Barat Laut di Seattle.
Pernah terjadi lonjakan jumlah bayi paus pembunuh dalam waktu singkat pada Desember 2014, seiring dengan adanya pasokan salmon yang melimpah. Pada saat itu, sekitar 11 bayi orca lahir, tapi setengahnya kini sudah mati.
Advertisement