Liputan6.com, Jakarta - Kepolisian Floria, Amerika Serikat, menangkap seorang pembajak kartu SIM yang dituding mengambil keuntungan dari proses scamming kartu SIM yang dilakukan.
Mengutip laman Engadget, Senin (13/8/2018), penyerang yang ditangkap oleh polisi bernama Ricky Handschumacher. Dia ditangkap terkait dengan tindak pencurian uang besar-besaran, pencucian uang, dan mengakses komputer korban secara tidak sah.
Proses scamming dilakukan oleh Handschumacher dengan menipu dan mendapatkan akses ke kartu SIM korban dengan memanfaatkan sebuah kartu pintar yang menghubungkan perangkat seluler dengan akun pelanggan tertentu.
Baca Juga
Advertisement
Lewat cara ini, penyerang bisa merebut kendali nomor telepon korban dari jarak jauh.
Hal ini jadi masalah besar lantaran si penyerang mengakses petukaran mata uang kripto melalui situs Amazon dengan kartu SIM yang dicurinya.
Handschumacher dan delapan orang lainnya ditangkap gara-gara membuat permintaan swap kartu SIM palsu dan kadang bernegosiasi dengan karyawan toko untuk mengikat layanan ke kartu SIM baru yang dikendalikan oleh para penyerangnya.
Hal ini membuat Handschumacher dan kelompoknya mudah merampok dompet virtual korban. Nah, jika sebuah akun memerlukan autentikasi dua faktor dengan pesan teks, anggota kelompok penyerang ini bisa melihat kode dan menggunakannya.
Bukti kejahatan kelompok ini pertama kali ditemukan di Michigan, saat seorang ibu mendengar putranya pura-pura jadi karyawan AT&T.
Temuan di negara bagian itu mengarah pada identifikasi Handschumacher dan gerombolannya yang memakai Telegram untuk berkomunikasi.
Raup Rp 6,8 Miliar Tiap Beraksi
Tidak jelas kejahatan ini sudah berapa lama dilakukan. Namun dalam satu kali serangan, sindikat ini bisa mencuri US$ 470 ribu atau setara Rp 6,8 miliar.
Parahnya atas dugaan kejahatan yang dilakukan, Handschumacher mengklaim tidak bersalah. Namun dia mengaku berpartisipasi dalam sindikat pencurian uang digital senilai US$ 100 ribu (setara Rp 1,4 miliar).
Terlepas dari kasus ini, penangkapan tersebut menunjukkan bahwa pembajakan SIM kini merupakan masalah besar di Amerika Serikat.
Hal ini juga menunjukkan bahwa autentikasi dua faktor menggunakan SMS tidak cukup aman karena rentan terhadap trik pembajakan SIM.
Untuk itu, lebih baik menggunakan aplikasi atau metode verifikasi lainnya untuk masuk ke sebuah akun.
(Tin/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Advertisement