Liputan6.com, Jakarta - Blockchain Zoo, baru saja mengumumkan kerja sama dengan PT Sentral Pembayaran Indonesia (SPiN). Kerja sama ini tidak lepas dari peran Indonesia sebagai pasar potensial dalam industri teknologi dan sistem pembayaran yang disertai data terpusat.
Penandatanganan MoU kerjasama ini dilakukan di kantor PT SPiN - Sahid Sudirman Center, Jakarta pada 10 Agustus 2018.
Menurut President Director PT SPiN Setiawan, kerja sama ini juga tidak lepas dari prediksi bahwa Indonesia akan memiliki ekosistem digital yang besar dalam waktu dekat. Karenanya, implementasi infrastruktur yang tepat menjadi kunci utama.
Baca Juga
Advertisement
Dalam keterangan resmi yang diterima, Senin (13/8/2018), SPiN melalui anak perusahaannya, PT Solusi Net Internusa akan mengembangkan Digital Signature dengan teknologi berbasis Public Key Infrastructure yang mendukung blockhain terintegrasi.
Hal ini dilakukan untuk menjamin keamanan transaksi penbayaran end to end. Pandu Sastrowardoyo yang mewakili pihak Blockchain Zoo menuturkan, blockchain sudah dikenal banyak orang sebagai sistem yang transparan, sulit diubah, dan paling aman.
Sekadar informasi, Blockhain Zoo telah menjadi konsultan teknologi blockchain dan menangani berbagai proyek di perusahaan banyak negara.
Beberapa perusahaan yang menggunakan jasa Blockchain Zoo di antaranya FidentiaX, sebagai e-Commerce asuransi pertama. Selain itu, ada pula Equinehub, sebuah platform untuk pengelolaan olahraga berkuda pertama di dunia.
Sementara SPiN merupakan perusahaan teknologi pembayaran yang berpengalaman selama lebih dari dua puluh tahun di bidangnya.
Perluas Pasar, Blockchain Zoo Sasar Industri Perbankan RI
Sebelumnya, Blockchain Zoo juga berupaya memperluas pasar dengan menyasar industri keuangan di Indonesia. Target dari perusahaan yang berbasis di Hong Kong ini adalah penerapan sistem blockchain dalam server data industri keuangan.
"Kami sudah menjalin kerja sama dengan Asbanda (Asosiasi Bank Pembangunan Daerah) untuk implementasi di perbankan. Bahkan kami sudah mengadakan training di kota-kota besar di Indonesia," kata Chairwoman of the Board of Directors Blockchain Zoo, Pandu W Sastrowardoyo di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Selama ini transaksi digital antar bank masih menggunakan server sentral. Dengan teknologi blockchain, fungsi tersebut akan hilang dan data yang tersimpan juga tetap aman karena terenkripsi.
Dikatakan Pandu, sebenarnya saat ini sudah ada perbankan swasta di Indonesia yang mulai mengadopsi sistem ini. Hanya, dia berharap apa yang dilakukan bank ini juga bisa diikuti oleh bank atau industri keuangan lainnya.
"Kita juga sudah mendapatkan persetujuan dari OJK," tambahnya. Sebelumnya, Pandu pernah memaparkan beberapa kelebihan dari blockchain.
"Kami adalah perusahaan konsultan teknologi yang cuma fokus pada blockchain consulting, jadi tidak sama sekali bermain di cryptocurrency dan trading," ujar Pandu kepada Tekno Liputan6.com dalam keterangan tertulisnya.
”Saya mengambil contoh, L/C (Letter of Credit). Transaksi yang dilakukan bank antar-negara, pada prinsipnya dokumen harus dicek antar-pihak sebelum ke pihak penerima," paparnya.
"Hal itu tentu saja memakan waktu bertransaksi, selain itu juga ada kemungkinan penyelewengan. Belum lagi biaya yang harus dikeluarkan. Jika dilihat, maka akan ditemukan issue trust, waktu, dan biaya. Dengan teknologi ini, isu-isu di atas bukanlah menjadi kekhawatiran lagi,” tuturnya.
Dengan demikian, Pandu melanjutkan, jika ada sebuah bank mengadopsi teknologi blockchain, cost deduct-nya sangat besar sekali serta jauh lebih aman.
"Jika selama ini seluruh data terkoneksi di satu server di mana seluruh data bergantung divisi IT, dengan teknologi blockchain justru memungkinkan seluruh divisi dapat mengaudit. Jadi, masing-masing divisi mempunyai server sendiri yang diikat menjadi satu oleh Blockchain sehingga dapat mendeteksi perbedaan data atau penyelewengan,” pungkas Pandu.
Advertisement
Blockchain dan IoT Jadi Tren Teknologi Tahun Ini
Gartner memperkirakan belanja indsutri Teknologi Informasi (TI) pada tahun ini mencapai US$ 3,7 triliun, naik 4,5 persen dari 2017. Sejumlah teknologi baru populer seperti blockchain, Internet of Things (IoT) dan Artificial Intelligence (AI), akan menjadi faktor pendorong belanja industri TI.
Research Vice President Gartner, John-David Lovelock, meyakini teknologi terkini menjadi faktor pendorong belanja industri TI pada 2018. Perusahaan-perusahaan beralih dari berbagai proyek big data (mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisis banyak data) ke AI.
AI akan membantu perusahaan mengotomatisasi tugas dan membebaskan manusia dari pekerjaan yang bersifat pengulangan dan sangat rumit. Perusahaan-perusahaan akan terlebih dahulu menargetkan proyek AI untuk consumer service (pelayanan konsumen), pemasaran dan penjualan. Menurut Lovelock, semua area tersebut akan membantu menghasillkan pendapatan.
Berbagai proyek IoT juga merupakan bagian dari belanja TI pada tahun ini. IoT adalah proyek "meletakkan" sensor dan aplikasi ke dalam berbagai objek atau benda mulai dari kamera keamanan hingga mesin cuci. IoT akan menjadi bagian penting dalam area industri seperti manufaktur dan logistik.
Teknologi populer lain pada tahun ini adalah blockchain. Terlepas dari hubungan dengan Bitcoin dan mata uang virtual lain, teknologi blackchain mulai mendapatkan banyak perhatian dari perusahaan-perusahaan swasta.
Blockchain menciptakan sebuah buku besar yang aman, permanen dan terdistribusi. Buku besar di sini memiliki arti seperti basis data global online yang bisa disimpan di berbagai tempat, sehingga perusahaan-perusahaan bisa saling bertransaksi dengan aman secara langsung, tanpa perantara. Transaksi ini mencakup pembayaran global, rantai suplai dan berjualan secara digital.
Ada banyak perusahaan teknologi yang menawarkan aplikasi blockchain termasuk IBM, Microsoft, Ripple dan Digital Asset Holding. Selain itu juga ada yang dikembangkan oleh konsorsium seperti Hyperledger yang didukung Llinux Foundation dan R3.
(Dam/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: