Liputan6.com, Jakarta Untuk mengawasi dan memastikan penyelenggaraan pelayanan ibadah haji tahun 2018 berjalan lancar, Deputi Bidang Pendidikan dan Agama Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan PMK yang juga anggota Amirul Hajj 2018, Prof. Dr. HR Agus Sartono menjalankan kunjungan kerjanya di Jeddah, Arab Saudi.
Agus bersama Menteri Agama Lukman Hakim Syaifudin dan rombongan delegasi Amirul Hajj lainnya meninggalkan tanah air pada 11 Agustus lalu. Tiba di Jeddah, rombongan langsung menyaksikan bagaimana kloter haji yang tiba bersamaan satu pesawat tidak perlu lagi menunggu koper. Proses keimigrasian pun berjalan lanjar dan hanya membutuhkan waktu satu jam.. Padahal dalam penyelenggaraan sebelumnya, jamaah haji harus mengantri antara 4-5 jam.
Advertisement
Dari Jeddah rombongan langsung menuju Makkah. Sambil menjalankan ibadah umroh, Agus mendengarkan kesan yang sangat positif dari jamaah haji Indonesia terkait hotel, makanan serta sarana transportasi. Diharapkan mereka, semoga hingga kepulangan kloter terakhir kondisi baik itu berjalan lancar. Di Makkah pula, dilangsungkan Rakor Tim Haji di Dakker Mekkah tanggal 12 Agustus 2018.
Rapat dipimpin oleh Menteri Agama selaku Amirul Hajj diikuti seluruh Anggota Amirul Hajj, Dubes RI untuk Kerajaan Arab Saudi, Dirjen Haji Kemenag, Irjen Kemenag, Pejabat Eselon 2 Ditjen Haji Kemenag, Konjen RI di Jeddah, dan seluruh Tim Penyelenggara Haji Indonesia.
Dirjen Haji Kemenag RI melaporkan bahwa hingga tanggal 12 Agustus 2018 telah tiba 437 Kloter dari 511 Kloter dengan jumlah jamaah haji 175.923 orang disertai petugas sebanyak 2.185 orang.
Profil jamaah menunjukan bahwa 27.9% ibu rumah tangga, 21.2% PNS, 30,4% Swasta dan pedagang, selebihnya petani atau nelayan dan lainnya. Sementara itu 65,5% jamaah haji dari Jatim; Jateng; Jabar dan DKI Jakarta. Sedangkan sisanya dari luar Jawa. Dilihat dari usia, 35,2% jamaah haji berusia antara 51-60 tahun; 26,7% berusia 41-50 tahun; 23,6% berusia 61-74 tahun, 11,0% berusia dibawah 40 tahun dan 3,5% berusia diatas 74 tahun. Ditambahkan bahwa masa tunggu terlama di Kabupaten Bantaeng dimana antrian calon jamaah haji mencapai 39 tahun. Kabupaten Wajo dan Pinrang calon jamaah haji harus menunggu hingga 26 tahun.
Hingga tanggal 12 Agustus 2018, Tim Kesehatan melaporkan bahwa terdapat 54 jamaah meninggal dunia. Angka ini turun jika dibandingkan dengan periode yg sama tahun 2017 sebanyak 68 orang. Pemerintah berharap tren perbaikan ini terus berlanjut hingga pasca Armina kelak. Pemerintah memang berkomitmen, penyelenggaran haji senantiasa terus ditingkatkan kualitasnya.
Sebagai contoh pengawasan kualitas makanan dilakukan secara ketat. Terjadi dua kasus Pengawas dan Baladiah menemukan bahan baku daging dan ayam yang tidak memenuhi standar, lalu dibuang. Perusahaan penyedia pun kemudian diberikan sanksi.
Begitu juga ada dapur yang disegel karena tidak memenuhi syarat ketentuan. Misalnya, suhu makanan yang tidak sesuai juga turut diawasi, bahkan ada yang disita dan perusahaan penyedia catering harus mengganti makanan yang suhunya tidak memenuhi standar . Langkah-langkah tersebut menunjukan bahwa berbagai masukan, saran dan perhatian dari Menko PMK saat mengadakan Rakor Persiapan bersama Menteri Agama dan Menteri Kesehatan bulan April 2018 benar-benar dilaksanakan.
Rencananya, Agus Sartono bersama rombongan Amirul Hajj lainnya senin pagi dijadwalkan akan melaksanakan peninjauan mendampingi Menteti Agama di berbagai fasilitas pelayanan haji 2018. Dari Mekkah, Agus menegaskan, bahwa perbaikan penyelenggaraan haji dari tahun ketahun selalu mengalami peningkatan. Hal ini bisa dilihat dari indek kepuasan pelayanan haki yg terus meningkat.
(*)