Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyatakan imbal beli 11 pesawat Sukhoi SU-35 asal Rusia dengan komoditas Indonesia masih terus berjalan.
Bahkan Rusia juga berkomitmen membangun fasilitas perawatan dan perbaikan (maintenance, repair and operating/MRO) pesawat tempur tersebut di Indonesia.
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag, Oke Nurwan mengatakan, saat ini pemerintah Indonesia dan Rusia masih dalam tahap diskusi dalam menentukan komoditas apa yang akan dijadikan imbal beli tersebut.
Baca Juga
Advertisement
"Indonesia dan Rusia sedang melakukan pembahasan melalui working grup, terkait komoditinya apa, mekanismenya, itu sedang dibahas dan sedang ada working grup utk menangani hal itu. Yang masih kita tawarkan adalah komoditi yang bernilai tambah, misalnya tekstil, CPO," ujar dia di Kantor Kemendag, Jakarta, Senin (13/8/2018).
Dia menjelaskan, nilai total 11 Sukhoi tersebut sebesar USD 1,14 miliar. Dari angka tersebut, 50 persennya atau USD 570 juta dalam bentuk komoditas yang akan dibeli oleh Rusia.
Kemudian, 35 persen yang Indonesia banyak akan diinvestasikan Rusia untuk membangun MRO dan 15 persen dibayarkan Indonesia secara tunai kepada negeri Beruang Merah tersebut.
"Dalam transaksi pembelian kita gunakan imbal beli. Artinya pihak kita membeli pesawat Sukhoi, dan dari pihak Rusia melakukan pembelian komoditas, sebagai perjanjian 50 persen dari yang disepakati pakai komoditas. Juga akan dibangunkan fasilitas MRO sebesar 35 persen, sisanya cash," ujar dia.
Oke menyatakan, tidak ada target khusus kapan proses pembelian pesawat Sukhoi ini selesai. Namun dia berharap Rusia segera menentukan komoditas apa yang akan dibeli dari Indonesia sehingga prosesnya semakin cepat selesai.
"Target secepatnya. Intinya semua berjalan pararel. Kita sudah cepat, kita sudah siap dengan komoditinya," tutur dia.
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
RI Teken Kontrak Beli 11 Jet Tempur Sukhoi Rusia
Sebelumnya, Indonesia telah menandatangani kontrak senilai 1 miliar dolar AS untuk membeli 11 pesawat tempur Sukhoi Su-35 dari Rusia, kata seorang pejabat pada Sabtu, 17 Februari 2018.
Penandatanganan kontrak yang tepatnya bernilai US$ 1,14 miliar itu, dilaksanakan pada Rabu, 14 Februari 2018, kata Juru Bicara Kementerian Pertahanan Indonesia, Totok Sugiharto, seperti dikutip dari VOA Indonesia 18 Februari 2018.
"Dua pesawat Sukhoi akan diserahkan bulan Agustus tahun 2018," kata Totok.
Enam pesawat lagi akan diserahkan 18 bulan setelah kontrak mulai berlaku, dan tiga pesawat sisanya pada lima bulan setelah itu, ucap sang jubir.
Kendati demikian, bentuk pembayaran pesawat itu belum diumumkan secara detail.
Kontrak itu dicapai setelah pada Agustus 2017 lalu, Indonesia berusaha mempertukarkan minyak sawit, kopi dan teh dengan pesawat tempur Rusia -- memanfaatkan sanksi internasional yang dijatuhkan terhadap Moskow sebagai daya tawar bagi Jakarta.
Uni Eropa dan Amerika Serikat telah menjatuhkan sanksi terhadap Rusia atas tuduhan mencampuri Pilpres AS 2016 dan aneksasi Krimea oleh Negeri Beruang Merah.
Di sisi lain, Kementerian Perdagangan Indonesia mengatakan sanksi itu dapat menguntungkan RI, karena Rusia terpaksa mencari pasar baru sebagai sumber impor atas ketiga komoditas itu -- sawit, kopi, dan teh.
Kontrak pembelian jet tempur Sukhoi itu telah tercantum dalam agenda bilateral pertahanan kedua negara sejak 2015.
Sebuah komisi kerja sama dan teknis militer telah memulai pembicaraan pada akhir November 2015 di Jakarta untuk membahas rincian kontrak itu, yang mencakup alih teknologi.
Seperti dilaporkan oleh majalah The Diplomat yang terbit di Washington DC, hukum Indonesia mengatur bahwa sedikitnya 35 persen teknologi pesawat itu perlu dialihkan ke RI sebagai bagian dari kesepakatan pertahanan.
Semula Indonesia mempertimbangkan untuk membeli 16 pesawat tempur baru. Jumlah itu turun menjadi 10 pesawat. Menurut laporan berbagai media, kedua pihak akhirnya menyepakati pembelian delapan pesawat, dengan opsi pembelian dua pesawat Su-35 lagi pada masa depan.
Kontrak yang sedang dinegosiasikan itu juga mencakup pelatihan pilot dan alih pengetahuan melalui program pertukaran militer.
TNI AU telah mengoperasikan sejumlah pesawat Rusia, termasuk 11 Su-30 dan lima Su-27.
Su-35 akan menggantikan jet tempur buatan Amerika F5 E / F Tiger II, yang telah digunakan oleh TNI-AU sejak tahun 1980-an dan dipensiunkan beberapa tahun lalu.
Angkatan Udara Indonesia juga mengoperasikan 14 pesawat tempur F-16A / B yang lebih canggih dan dijadwalkan akan menerima 10 lainnya pada akhir 2018.
Seperti dilaporkan oleh The Diplomat pada Januari 2017, Kepala Staf Angkatan Udara Indonesia kala itu, Marsekal Hadi Tjahjanto, menjelaskan bahwa sejauh ini belum ditentukan pilihan untuk pengadaan jet tempur tersebut.
Dikabarkan bahwa TNI AU masih mempertimbangkan jet-jet tempur buatan Barat termasuk SAAB JAS39 Gripen dari Swedia dan varian lebih canggih pesawat tempur F-16 Fighting Falcon.
Secara keseluruhan, TNI AU berniat membeli sedikitnya 16 jet tempur baru dengan perkiraan harga sekitar US$ 1,5 miliar.
Advertisement