Rupiah Betah di Posisi 14.600 per Dolar AS, IHSG Susut 10,52 Poin

Sektor tambang alami penurunan terbesar sehingga seret Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke zona merah.

oleh Agustina Melani diperbarui 14 Agu 2018, 09:15 WIB
Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,33% atau 18,94 poin ke level 5.693,39, Jakarta, Selasa (30/5). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus lanjutkan pelemahan pada awal perdagangan saham Selasa pekan ini.

Aksi jual investor asing dan nilai tukar rupiah masih berada di posisi 14.600 per dolar Amerika Serikat (AS) pengaruhi IHSG.

Pada pra pembukaan perdagangan saham, Selasa (14/8/2018), IHSG susut 10,52 poin atau 0,18 persen ke posisi 5.850,71.

Pada pukul 09.00 WIB, IHSG melemah 14,78 poin atau 0,25 persen ke posisi 5.846. Indeks saham LQ45 tergelincir 0,75 persen ke posisi 916,30. Seluruh indeks saham acuan kompak tertekan.

Sebanyak 113 saham melemah sehingga seret IHSG ke zona merah. Sedangkan 49 saham menguat dan 89 saham diam di tempat. Pada awal sesi perdagangan, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.854,36 dan terendah 5.824,31.

Total frekuensi perdagangan saham sekitar 14.630 kali dengan volume perdagangan 182,8 juta saham. Nilai transaksi harian saham Rp 220,2 miliar. Investor asing jual saham Rp 118,81 miliar di pasar reguler.Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 14.623.

10 sektor saham kompak tertekan. Sektor tambang turun 1,68 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham perdagangan susut 0,78 persen dan sektor saham keuangan merosot 0,73 persen.

Saham-saham mampu menguat di tengah tekanan IHSG antara lain saham FILM naik 25 persen ke posisi 950 per saham, saham YPAS melonjak 15,29 persen ke posisi 980 per saham, dan saham PALM mendaki 11,11 persen ke posisi 300 per saham.

Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham BAPA turun 9,6 persen ke posisi 113 per saham, saham PTBA merosot 9,69 persen ke posisi 4.370 per saham, dan saham ACES susut 6,69 persen ke posisi 1.325 per saham.

Bursa saham Asia pun bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng turun 0,73 persen, indeks saham Shanghai susut 0,46 persen dan indeks saham Singapura merosot 0,36 persen.

Sementara itu, indeks saham Korea Selatan Kospi menguat 0,18 persen, indeks saham Jepang Nikkei mencatatkan penguatan terbesar 1,15 persen dan indeks saham Taiwan menanjak 0,37 persen.

 

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

 

 


Prediksi Analis

Pekerja tengah memantau pergerakan saham di sebuah monitor, Jakarta, Senin (14/11). Laju IHSG melemah 2,6 persen atau sekitar 137,71 poin ke level 5.094,25 pada penutupan sesi pertama perdagangan saham Senin (14/11/2016). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, pasca ditutup melemah 3,55 persen ke level 5.861,24 poin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membuat pasar cenderung was-was pada hari ini. Namun, IHSG diramalkan masih menunjukan potensi untuk kembali menguat (rebound).

Ketidakpastian pasar akan sentimen global yakni krisis Turki, membuat IHSG dalam range yang sempit. Tak hanya itu, isu kenaikan tarif ekspor logam Turki ke Amerika Serikat (AS), turut serta membawa pasar dalam ketidakpastian.

Sementara itu, Analis PT Kresna Securities William Mamudi mengatakan, pelaku pasar global tercatat melakukan penjualan bersih (net sell) sebesar USD 50,4 juta.

"Dari sisi teknikal, IHSG tertahan di bawah resisten 6.100, ini juga memperkuat risiko akan aksi profit-taking jika tidak terjadi breakout," tuturnya di Jakarta, Selasa 14 Agustus 2018.

Mamudi menjelaskan, IHSG pada sepekan ini patut diamati mengingat krisis Turki dan ketidakpastian global yang terjadi. Sektor pertambangan ikut tertekan pada perdagangan saham hari ini.

Lebih lanjut, Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi berpendapat, krisis yang berlangsung di Turki merambat ke pasar global. Anjloknya mata uang Turki, Lira, mengingatkan investor tentang krisis masa lalu di pasar negara berkembang dan mengguncang pasar di seluruh dunia.

"Kekhawatiran investor mengenai efek derasnya aliran dana asing yang keluar pada pasar negara berkembang akibat krisis di Turki menjadi faktor utama," ujarnya.

Oleh karena itu, kata Lanjar, investor berspekulasi suku bunga akan di naikan 50 basis point (bps) pada pertemuan Bank Indonesia (BI) Rabu pekan ini.

"Kekalahan di Lira dapat memicu volatilitas dalam aset pasar berkembang dan meredam sentimen investor dalam waktu dekat," pungkasnya.

Pada kesempatan ini, Mamudi mencermati saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Ace Hardware Indonesia (ACES), dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF).

Sedangkan Lanjar yang merekomendasikan saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), serta PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA).

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya