Malang - Seorang mahasiswi asal Kota Malang, Indonesia yang diketahui bernama Shinta Putri Dina Pertiwi, meninggal dunia setelah tenggelam di Danau Trebgas, Badesse, Bavaria, Jerman, Kamis, 9 Agustus 2018, sore. Kabar duka tersebut disampaikan oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Frankfurt.
Menurut rilis yang diterima TIMES Indonesia (timesindonesia.co.id) dari Kedutaan Besar RI (KBRI) Berlin, kabar itu pertama kali dilaporkan rekan korban lewat pesan WhatsApp ke KJRI Frankfurt, Kamis sore.
"Seorang WNI di Jerman berinisial P mengabarkan tentang temannya yang tenggelam saat berenang di Danau Trebgas Badesse, Bavaria, Jerman," kata Hannan Gazali, Fungsi Penerangan dan Sosial, Budaya, KBRI Berlin, akhir pekan lalu.
Baca Juga
Advertisement
Hanan mengatakan P bersama Shinta dan warga Maroko mengunjungi Danau Trebgas pada Rabu, 8 Agustus 2018. Saat itu, P tidak ikut berenang. Namun, setelah dua jam menunggu mahasiswi asal Malang itu tidak kunjung keluar dari danau, P yang khawatir langsung melaporkan kejadian tersebut kepada petugas di Danau Trebgas.
Petugas yang berada di lokasi mencoba memanggil mahasiswi itu berkali-kali melalui pengeras suara. Namun, Shinta tak juga muncul. Akhirnya P bersama petugas Danau Trebgas melaporkan hal tersebut ke polisi setempat.
Pada hari yang sama, Rabu pukul 16.30 waktu setempat, kepolisian melakukan pencarian di dalam dan sekitar danau. Pencarian yang dilakukan hingga pukul 01.30 dini hari tersebut tidak membuahkan hasil. Baru pada keesokan harinya, Kamis, 9 Agustus 2018 sekitar pukul 5 sore, ditemukan sesosok jenazah di sekitar danau.
"Saat dimintai keterangan P mengakui bahwa itu adalah jenazah temannya, Shinta," terangnya.
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Baca berita menarik lainnya dari Times Indonesia di sini.
Harus Diautopsi
Terkait kejadian tersebut KJRI Frankfurt telah memberi tahu orangtua korban yang berada di Indonesia. Orangtua Shinta meminta agar jenazah dapat dipulangkan ke Indonesia sesegera mungkin.
"Sesuai ketentuan di Jerman, untuk jenazah yang meninggal selain di rumah sakit atau di rumah, maka perlu dilakukan proses autopsi terlebih dahulu sebelum jenazah dikuburkan. Saat ini, penanganan jenazah masih berada dalam otoritas Pemerintah Jerman," katanya.
Sampai saat ini, KJRI Frankfurt terus berkoordinasi dengan otoritas setempat untuk melakukan penanganan lebih lanjut atas kasus ini.
Pihak keluarga korban saat ditemui TIMES Indonesia (timesindonesia.co.id) di Kota Malang mengaku sempat kaget. Meski sebelumnya telah mendapat firasat tentang ini.
Sampai saat ini, pihak keluarga masih menunggu kabar lebih lanjut dari KBRI Jerman. Karena jenazah belum bisa diterbangkan menuju Indonesia. "Kami masih menunggu pihak terkait," kata orang tua Shinta.
Suasana duka di kediaman SPDP di kawasan Bandulan, Kota Malang, Jawa Timur masih sepi. Terlihat beberapa warga setempat berjaga sembari menggelar doa bersama untuk almarhum.
Shinta merupakan mahasiswi program S1 jurusan Biokimia di salah satu universitas di Jerman.
Advertisement
Kendala Pemulangan Jenazah
Kepulangan jenazah mahasiswi asal Malang, Shinta Putri Dina Pertiwi, yang meninggal tenggelam di Danau Trebgas, Badesse, Bavaria, Jerman, menemui kendala.
Kendala tersebut, dikarenakan biaya kepulangan Shinta harus ditanggung oleh keluarga, bukan oleh negara. Kabar tersebut, diterima pihak keluarga Shinta, Senin, 13 Agustus 2018 siang dari Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri (Kemenlu).
"Kami sebelumnya diberitahu jika kepulangan Shinta ditanggung oleh negara, tapi Senin siang dikabari kalau biaya kepulangan tidak ditanggung," kata ibu Shinta, Ummi Salamah.
Informasi tersebut cukup mengagetkan pihak keluarga. Sebab, pihak keluarga sebelumnya sempat diberi harapan oleh Kemenlu kalau biaya kepulangan ditanggung negara dan kepastian bahwa jenazah Shinta akan tiba pada Jumat pekan ini.
Ia mengatakan sebenarnya pihak Kemenlu bisa saja membiayani pemulangan jenazah. Namun, syaratnya harus menyertakan surat keterangan tidak mampu.
Hal itu pun langsung ditolak pihak keluarga karena ia merasa mampu. Ummi menyebutkan tidak ingin 'menipu' negara dengan alasan tidak mampu padahal mampu.
"Saya sebetulnya bisa, hanya saja kabar ini mendadak. Padahal, sebelumnya saya baru saja kirim uang ke Shinta senilai 8 ribu Euro. Itu sekitar Rp 150 juta," katanya.
Oleh sebab itu, pihak keluarga pun membuka donasi di kitabisa.com daripada harus membuat surat pernyataan tidak mampu. Donasi itu dibuat oleh anak ketiganya yaitu Helmy.
Pengumpulan Dana
Helmy sebelumnya mencari informasi terkait biaya kepulangan melalui internet. Hal itu ia lakukan karena tidak ada informasi resmi dari Kemenlu terkait prosedur pemulangan jenazah dan biaya yang harus ditanggung.
Helmy akhirnya mendapat informasi kalau biaya pemulangan jenazah sebesar Rp 60 juta. Akan tetapi referensi itu ia dapat dari pemberitaan tentang pemulangan jenazah mahasiswa asal Indonesia yang kuliah di Belanda pada 2012.
"Itu tahun 2012, tidak tahu kalau sekarang apakah naik atau tetap," imbuh Umi.
Berdasarkan informasi itu, Helmy mematok nilai maksimal yaitu Rp 60 juta di kitabisa.com. Dalam waktu beberapa jam saja, target tercapai. Di sisi lain, Kemenlu belum juga memberikan informasi biaya pemulangan jenazah dari Jerman ke Indonesia.
Ummi juga berencana meminta rekening dari Kemenlu agar transfer dari luar negeri bisa masuk ke Indonesia. Ia menyebutkan banyak teman Shinta di Jerman yang kesusahan berdonasi karena harus menggunakan rekening Indonesia.
Lebih lanjut, Ummi juga tidak ingin kondisinya saat ini dimanfaatkan pihak lain. Karena, ia juga mendapat kabar kalau seorang ibu di Banten pernah tertipu miliaran rupiah dalam kasus serupa.
"Ibu itu anaknya temannya Shinta, sudah tiga anaknya meninggal di luar negeri dan tertipu oleh oknum yang mengatasnamakan pegawai Kemenlu," paparnya.
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement