Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina (Persero) dan PT Shell Indonesia tidak mengubah harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada periode pertengahan Juli 2018. Sementara PT Total Oil Indonesia menaikkan harga jual bahan bakarnya.
Pantauan Liputan6.com, pada Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Pertamina 34.13102 di kawasan Matraman Jakarta, BBM jenis Pertamax Turbo dijual Rp 10.700 per liter, Pertamax 92 Rp 9.500 per liter dan Pertamina Dex Rp 10.500 per liter.
Baca Juga
Advertisement
Harga tiga jenis BBM nonsubsidi ini tidak berubah pada periode pertengahan Agustus 2018. Penetapan harga dilakukan sejak Pertamina menaikan harga pada 1 Juli 2018.
Keputusan Pertamina juga diikuti Shell, pantauan pada SPBU Shell di kawasan Cikini, Jakarta, BBM jenis Super dijual Rp 10.100 per liter,V-Power Rp 11.400 per liter dan Diesel Rp 11.300 per liter. Harga tersebut juga tidak berubah sepanjang periode awal sampai pertengahan Agustus 2018.
Sedangkan Total, pada periode pertengahan Agustus 2018 memutuskan perubahan harga BBM.
Pantauan pada SPBU Total di kawasan Bambu Apus Jakarta, perusahaan minyak asal Prancis tersebut membandrol Performance 92 Rp 10.100 per liter, Performance 95 Rp 11.400 per liter dan Performance Diesel Rp 11.300 per liter.
Tiga jenis BBM tersebut mengalami kenaikan dari pantauan harga yang dilakukan pada awal Agustus 2018, untuk jenis Performance 92 naik Rp 50 per liter dari harga sebelumnya Rp 10.050 per liter.
Sementara Performance 95 naik Rp 100 per liter dari sebelumnya Rp 11.300 per liter dan Performance Diesel naik Rp 100 per liter dari Rp 11.200 per liter.
Berikut Daftar Harga BBM Pertamina, Shell dan Total Per 15 Agustus 2018.
Pertamina
Pertamax Turbo Rp 10.700 per liter
Pertamax 92 Rp 9.500 per liter
Pertamina Dex Rp 10.500 per liter
Shell
Super Rp 10.100 per liter
V-Power Rp 11.400 per liter
Diesel Rp 11.300 per liter
Total
Performance 92 Rp 10.100 per liter
Performance 95 Rp 11.400 per liter
Performance Diesel Rp 11.300 per liter
Kenaikan Harga BBM Nonsubsidi Ikut Andil Dorong Angka Inflasi
Tingkat inflasi pada Juli 2018 diprediksi berada pada kisaran 0,26 persen atau secara tahunan sebesar 3,11 persen. Inflasi ini disebabkan oleh kenaikan harga bahan pangan, khususnya ayam dan telur akibat pakan ternaknya mahal.
Pengamat Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira mengatakan, 30 persen komposisi pakan ternak diperoleh dari bahan impor, yaitu gandum, kedelai dan jagung.
Saat rupiah melemah Rp 1.100 per dolar Amerika Serikat (AS), atau dari Rp 13.300 ke Rp 14.400 sejak Januari hingga Juli langsung berdampak pada tekanan biaya produksi ayam.
Baca Juga
"Jadi ancaman imported inflation masih menghantui komponen volatile food (harga pangan) di semester kedua ini," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Rabu (1/8/2018).
Selain itu, kata Bhima, tekanan inflasi juga datang dari sumber lain, yaitu kenaikan harga BBM nonsubsidi seiring harga minyak mentah di posisi USD 70 per barel.
Di sektor transportasi udara, harga tiket juga terbilang masih tinggi meskipun periode Lebaran sudah selesai.
"Tiket pesawat dipengaruhi mahalnya bahan bakar avtur serta kenaikan biaya suku cadang impor," kata dia.
Terakhir, kata Bhima, penyumbang inflasi secara musiman adalah masuknya tahun ajaran baru sekolah. "Inflasi di sektor pendidikan bisa berlangsung hingga Agustus nanti," tandas dia.
Advertisement