Liputan6.com, Jakarta - Telkomsel menjadi operator pertama yang memamerkan teknologi 5G di Tanah Air.
Mengambil momen turnamen olahraga bergengsi Asian Games 2018, operator yang identik dengan warna merah tersebut menghadirkan use case implementasi 5G dalam pameran bertajuk Telkomsel 5G Experience Center, yang diresmikan di venue Asian Games 2018 di Gelora Bung Karno (GBK), Rabu (15/8/2018).
Baca Juga
Advertisement
Perlu dicatat, use case teknologi 5G di Telkomsel 5G Experience Center kali ini diklaim hanya sebatas demo yang ditampilkan dalam beberapa wahana, mulai dari Live Streaming, Football 2020, Future Driving, Cycling Everywhere dan Autonomous Bus.
Meski belum komersial, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) dan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sudah lebih dulu berencana untuk mendorong teknologi 5G dengan proyek pembangunan kawasan industri khusus dalam era Industri 4.0.
Menkominfo Rudiantara, mengungkap jajaran pihak dan sektornya mendukung Kemenperin untuk segera membuat kawasan industri khusus tersebut.
Nantinya, kawasan industri ini akan ditopang teknologi 5G yang akan berfokus kecerdasan buatan (AI, Artificial Intelligence), perangkat robotik, dan masih banyak lagi.
“Dalam rangka mendorong 5G, kita semua harus leap frog (melompat lebih tinggi) tak cuma dari sisi teknologi, tetapi juga dari sisi infrastruktur dan aplikasinya. Maka itu kita ajak Kemenperin bangun kawasan industri khusus ini,” ujar pria yang karib disapa Chief RA tersebut di GBK.
Menanggapi sambutan Rudiantara, Menperin Airlangga Hartanto yang juga turut hadir di peresmian Telkomsel 5G Experience Center, membenarkan pihaknya akan bekerjasama dengan Kemkominfo membangun kawasan industri untuk lima (5) sektor.
Adapun sektor yang dimaksud meliputi elektronik dan otomotif. makanan dan minuman, tekstil dan clothing, footwear, dan kimia.
Sayangnya, baik dari pihak Kemkominfo dan Kemenperin enggan mengumbar detail terkait rencana pembangunan kawasan industri khusus 5G ini.
Airlangga hanya menekankan, saat ini pihaknya dan Kemkominfo masih berfokus pada ketersediaan infrastruktur, insentif, serta membuat model bisnis terbaik agar proses migrasi 5G dapat berjalan dengan lancar.
“Untuk migrasi 5G itu butuh insentif. Agar infrastrukturnya terbangun, kita akan memikirkan bentuk migrasinya dan akan kita petakan deployment 5G di kawasan industri agar terjadi dan terbentuk,” sahut Airlangga.
Tak cuma infrastruktur, pria kelahiran Surabaya 55 tahun silam tersebut juga menekankan akan pentingnya keamanan sebagai isu utama pembangunan industri 5G.
"Selain mempersiapkan (industri khusus 5G), kami juga mempersiapkan dari sisi antisipasi serangan siber, karena migrasi ke Industri 4.0 itu critical sekali. Ini perlu kita persiapkan," tandasnya.
5G Belum Komersial, Telkomsel Bakal Geber 4,9G
Menurut Direktur Network Telkomsel, Bob Apriawan, 5G masih dalam tahap demo dan uji coba. Teknologi itu akan benar-benar go live jika memang ekosistem pendukung untuk komersialisasi sudah benar-benar rampung.
Selain itu, Bob juga membeberkan 5G membutuhkan infrastruktur tambahan, seperti Base Station berbasis MIMO hingga perangkat yang mendukung 5G.
Ia menilai, hal ini membutuhkan jaringan yang kuat untuk bisa mengatasi kepadatan perangkat dan mengatasi waktu tunda.
“Kita masih trial 5G, masih terus dilakukan. Namanya kalau mau komersialisasi, ya ekosistemnya harus kuat, jadi harus mengarah ke sana,” kata Bob kepada Tekno Liputan6.com di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Jumat (10/8/2018).
Idealnya, ujar Bob, 5G nanti akan komersial pada 2020. Namun, berdasarkan rencana Telkomsel, teknologi ini baru akan siap diimplementasikan pada sektor industri dan mesin pada 2021 atau paling telat pada 2022.
Lantas untuk sekarang, teknologi jaringan mumpuni yang sudah lebih dulu komersial adalah 4,9G. Menurut Bob, Telkomsel akan lebih dulu fokus berupaya memperluas teknologi yang juga disebut 4G+ ini.
“4.9G sudah komersial. Kecepatannya secara teori bisa 1Gbps lebih,” sebut Bob.
Lalu, apa bedanya 4,9G dan 5G? Bob menjelaskan, keduanya berbeda dari sisi infrastruktur dan teknologi.
“4,9G itu semacam improvement dari 4G. 4G ada tiga generasi: LTE biasa, LTE Advanced (4,5G), dan LTE Advanced Pro (4,9G),” tukasnya.
Adapun teknologi 4,9G ini sudah dipasang di wilayah dengan kepadatan tinggi yang ada di kota-kota besar, seperti Gelora Bung Karno (GBK), mal-mal besar, dan tempat publik lain yang membutuhkan demand jaringan lebih banyak.
Sebagai perbandingan, kecepatan unduh 4G berada di kisaran 10 Mbps-150 Mbps dan kecepatan unggah antara 5 Mbps-50 Mbps. Pada segi frekuensi, lebar pita yang dipakai ada di kisaran 1,4 MHz-20 MHz.
Sementara untuk 4,5G, kecepatan unduh bisa mencapai 300 Mbps dengan kisaran lebih luas ke Internet of Things (IoT) di mana perangkat bisa terhubung lebih luas karena tak hanya menghubungkan perangkat seluler.
Adapun pada 4,9G, kecepatan bisa ada di atas 1 Gbps dan waktu tunda atau latensi 2 miliseconds.
Advertisement
Memaksimalkan 4,9G
Bob juga mengibaratkan teknologi jaringan ini layaknya mobil. Karena itu, Telkomsel mengerahkan teknologi 4G akan digunakan semaksimal mungkin hingga 4,9G sebelum akhirnya bersiap ke 5G.
“4G itu seperti mobil harus di-tuning, ya tuning hingga 4,9G. Mentok ya lanjut ke 5G, ibarat mobil harus ganti mesin,” imbuh Bob.
Meski beralih ke 5G, Bob menjamin teknologi 4G akan tetap coexist dan digunakan pelanggan. Namun, pada tahap ini, Telkomsel akan memanfaatkan slot 2G dan 3G untuk menggeber 4G.
“Kita akan reuse dan revamp kapasitas 2G dan 3G untuk 4G. Kenapa? Enggak mungkin dong 5G nanti bisa di mana-mana. Ibaratnya ini selimutnya yang gede 4G-nya, yang drive through-nya pakai 5G,” tandasnya.
(Jek/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: