Liputan6.com, Jakarta - Ekonom Faisal Basri mengungkapkan, masalah kemiskinan di Indonesia masih belum terselesaikan. Kebijakan yang sudah dikeluarkan pemerintah dinilai tidak tepat sasaran.
Saat ini, Indonesia terbagi dalam tiga golongan. 20 persen kaya, 20 persen kelas menengah dan 40 persen sisanya adalah warga miskin.
"Pemerintah harus hadir untuk memberdayakan yang paling lemah (40 persen rakyat miskin)," kata Faisal dalam sebuah acara diskusi di Kawasan Jakarta Selatan, Rabu (15/8/2018).
Baca Juga
Advertisement
Dia mengatakan, sebagian besar 40 persen kelompok terbawah tersebut berprofesi sebagai petani di desa. Oleh sebab itu, pemerintah harus lebih gencar lagi untuk mensejahterakan kaum tani dan mengangkat nasib rakyat paling bawah tersebut.
"Sekarang kita bicara rakyat bawah yang harus dibantu sebagian besar rakyat kita adalah petani. Petani semakin sengsara. Nilai tukar petani turun dari akhir masa pak SBY sampai kini masa Jokowi," ujar dia.
Dia menegaskan, petani di Indonesia belum sejahtera. Bahkan mereka terus dirugikan terutama sejak pemerintah menetapkan Harga Pokok Penjualan (HPP) yang rendah.
"Petani itu ditekan terus sama pemerintah. Kenapa saya katakan begitu ? karena pemerintah lebih mengutamakan peningkatan produksi. Menteri Pertaniannya berbohong - berbohong terus dan dibiarkan oleh Presidennya. Kalau anggota DPR protes, anggota DPR nya diajak ketemu "butuh traktor berapa di dapil" begitu. Itu dibiarkan praktek - praktik seperti itu,” ujar dia.
"Harga beras ditahan rendah. HPP mau diturunkan. HPP beras diturunkan untuk menolong kita kelas menengah agar tidak cerewet. Untuk mencegah kelas menengah tidak nyinyir kalau harga beras naik," tambah dia.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Tuntaskan Kemiskinan Perbaiki Dulu Kehidupan Petani
Dia menyebutkan, upah riil buruh tani terus menurun. Hal tersebut berbanding dengan gaji di perkotaan yang selalu naik.
"Gaji kita ada yang turun? enggak ada. kalau petani, upah riilnya turun, masyarakat terbawah itu. Ketimpangan di desa naik, di kota turun. Tidak tahu dana desa dinikmati segelintir orang di desa barangkali ya,” kata dia.
Dia menegaskan, HPP beras ditekan rendah sementara harga jualnya tinggi. Jadi kenaikan harga beras tidak dinikmati oleh petani.
"Harga beras naik terus, kita pikir harga beras naik itu petani yang nikmatin, enggak. Ini harga gabah di tingkat petani jaman awal Pak Jokowi itu Rp 4.365 sekarang Rp 4.556 gak naik-naik kan? flat begitu kalau di tingkat petani. Tapi kalau kita yang beli naik. Yang untung? pedagang bukan petani. Petani ditekan terus,” kata dia.
Dia menyebutkan, 61 persen penduduk miskin hidup di desa. Jika pemerintah ingin menuntaskan kemiskinan harus dimulai dari akarnya.
"Jadi kalau kita ingin menuntaskan orang miskin ya hantam di ulu hatinya, di desa. Pertaniannya,” tutur Faisal.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement