Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) mencatat stabilitas sistem keuangan tetap terjaga pada kurtal II 2018 disertai intermediasi perbankan yang membaik dan risiko kredit yang terjaga.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyebutkan, stabilitas sistem keuangan yang terjaga tercermin pada rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan yang tinggi mencapai 22,0 persen dan rasio likuiditas (AL/DPK) yang masih aman yaitu sebesar 19,4 persen pada Juni 2018.
Selain itu, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) tetap rendah yaitu sebesar 2,7 persen (gross) atau 1,2 persen (net).
Baca Juga
Advertisement
"Stabilitas sistem keuangan yang terjaga berkontribusi positif pada perbaikan fungsi intermediasi perbankan," kata Perry di kantornya, Rabu (15/8/2018).
Sementara itu, untuk pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Juni 2018 tercatat 7,0 persen (yoy), naik dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya yang mencapai 6,5 persen (yoy).
Pertumbuhan kredit pada Juni 2018 tercatat sebesar 10,7 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 10,3 persen (yoy).
Dari nonbank, pembiayaan ekonomi melalui pasar modal, melalui penerbitan saham (IPO dan rights issue), obligasi korporasi, Medium Term Notes (MTN), dan Negotiable Certificate of Deposit (NCD) selama Januari sampai Juni 2018 tercatat sebesar Rp 129,9 triliun (gross).
"Dengan perbaikan ekonomi dan kemajuan konsolidasi korporasi dan perbankan secara keseluruhan, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan kredit akan lebih baik pada 2018 yaitu dalam kisaran 10-12 persen (yoy). Sementara itu, pertumbuhan DPK diperkirakan sedikit lebih rendah yaitu dalam kisaran 8,0-10,0 persen (yoy)," ujarnya.
Aktivitas ekonomi dan keuangan yang membaik didukung oleh sistem pembayaran yang aman, efisien, lancar, dan andal.
"Setelmen transaksi non tunai, baik nilai besar maupun ritel, dan transaksi tunai mengalami peningkatan pada kuartal II-2018," tambahnya.
Rata-rata harian nominal transaksi non tunai nilai besar yang diselesaikan melalui BI-RTGS meningkat sebesar 13,7 persen (yoy), transaksi non tunai melalui SKNBI meningkat sebesar 3,1 persen dan transaksi ritel ATM, Debit, Kartu Kredit dan Uang Elektronik meningkat 9,6 persen (yoy).
"Peningkatan transaksi tersebut didukung dengan layanan dan system availability Sistem Pembayaran Bank Indonesia yang aman. Adapun di sisi pembayaran tunai, posisi uang yang diedarkan (UYD) meningkat 1,2 persen (yoy) pada triwulan II 2018 sejalan dengan peningkatan kebutuhan transaksi masyarakat, termasuk jenis pecahan dan kualitasnya."
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
BI Setuju Pemerintah Tunda Proyek yang Banyak Impor
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menyebutkan bahwa Bank Indonesia mendukung penuh keputusan pemerintah menunda proyek yang mempnyai nilai impor tinggi. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga defisit transaksi berjalan atau Current Account Defisit (CAD).
Sebagai informasi, CAD saat ini sudah mencapai 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa defisit transaksi berjalan pada kuartal II 2018 tercatat sebesar USD 8 miliar.
Angka tersebut meningkat dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu yang hanya sebesar 1,96 persen dan juga lebih besar dibandingkan dengan kuartal I-2018 yang hanya sebesar 2,2 persen dari PDB atau USD 5,5 miliar.
Baca Juga
"BI menghargai dan mendukung keseriusan dan langkah-langkah konkrit pemerintah untuk menurunkan defisit transaksi berjalan dengan mendorong ekspor dan menurunkan impor, termasuk penundaan proyek-proyek Pemerintah yang memiliki kandungan impor tinggi," kata Perry di kantornya, Rabu (15/8/2018).
Dia menjelaskan, BI akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk menjaga stabilitas ekonomi dan ketahanan eksternal dalam kondisi ketidakpastian perekonomian global yang masih tinggi.
"Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati perkembangan dan prospek perekonomian domestik maupun global, untuk memperkuat respons bauran kebijakan dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," ujarnya.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Advertisement