Harga Minyak Tertekan Imbas Pasokan AS Melonjak

Harga minyak tertekan didorong pasokan minyak AS secara tak terduga melonjak dan kekhawatiran perang dagang.

oleh Agustina Melani diperbarui 16 Agu 2018, 05:30 WIB
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Liputan6.com, New York - Harga minyak dunia melemah lebih dari USD 2 per barel usai data menunjukkan stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) yang melonjak pekan lalu. Hal itu menambah kekhawatiran prospek pertumbuhan ekonomi global yang melemah.

Harga minyak Brent turun USD 1,96 per barel menjadi USD 70,50 per barel. Sebelumnya harga minyak tersebut sentuh USD 70,40 per barel. Sementara itu, harga minyak Amerika Serikat (AS) susut USD 2,2 menjadi USD 64,82 per barel.

Persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) naik tak terduga pada pekan lalu. Persediaan minyak naik 6,8 juta barel meski kilang minyak mentah sentuh rekor tertinggi. Hal itu berdasarkan data the Energy Information Administration (EIA).

Stok minyak mentah di Cushing, Oklahoma atau pusat pengiriman untuk minyak mentah AS naik 1,6 juta barel. Analis yang disurvei Reuters memperkirakan penurunan stok minyak mentah AS dalam sepekan. Diperkirakan minyak mentah turun 2,4 juta barel.

Sementara itu data American Petroleum Institute menyatakan, pasokan meningkat 3,7 juta barel.

"Pengolahan minyak mentah meningkat tajam dan mencapai rekor hampir 18 juta barel per hari pada pekan lalu. Tapi ini tidak cukup untuk mencegah inventarisasi. Atau ambil cara ini, mencegah pasokan lebih besar," ujar Analis Commerzbank, Carsten Fritsch, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (16/8/2018).

Ia menambahkan, harga minyak melemah juga jadi sinyal ketegangan di sektor perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China merongrong permintaan minyak.

 

 

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

 

 


Faktor Menekan Harga Minyak

Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Investor prihatin tentang ekonomi dunia  lantaran perang dagang yang meningkat antara AS dan mitra dagang utamanya. Indikator gabungan yang mencakup negara barat ditambah China, India, Rusia, Brazil, Indonesia dan Afrika Selatan melemah di bawah tren pada Mei dan Juni.

Pertumbuhan volume perdagangan dunia mencapai puncaknya pada Januari. Berdasarkan data the Netherland Bureau for Economic Policy menunjukkan pertumbuhan volume perdagangan menjadi kurang dari tiga persen pada Mei.

AS dan China telah berselisih di sektor perdagangan selama berbulan-bulan. Hal itu mengancam aktivitas ekonomi kedua negara tersebut. Importir minyak China tampaknya menghindar untuk membeli minyak mentah AS seiring kekhawatiran ada kenaikan tarif untuk komoditasnya.

Berdasarkan data Reuters, tidak ada satu pun tanker yang memuat minyak mentah AS menuju China sejak awal Agustus 2018. Sementara itu, investor amati dampak sanksi AS terhadap Teheran yang dapat hapus sebanyak satu juta barel minyak mentah Iran dari pasar pada tahun depan.

BMI Reserarch mengatakan, pelaku pasar akan berjuang mencari arah karena ketidakpastian dari dampak sanksi Iran dan meningkatnya ketegangan perang dagang antara AS dan China.

Sedangkan Analis Oanda, Alfonso Esparza menilai, harga minyak tertekan usai rilis data API dan EIA. Pelaku pasar pun terus memantau situasi antara AS dan Turki.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya