Liputan6.com, Yogyakarta - Teknologi 5G yang kini tengah digaungkan oleh sejumlah operator telekomunikasi ternyata tidak serta membuat Smartfren berencana langsung mengadopsinya.
Alih-alih langsung menerapkan 5G, VP Technology Relations and Special Project Smartfren Munir Syahda Prabowo, lebih memilih memakai istilah 4G+ (4G Plus) atau pre 5G.
Istilah 4G+ sendiri dipilih karena memang layanan Smartfren kini sudah dibekali dengan sejumlah teknologi yang wajib dimiliki untuk penyelenggaran 5G.
Baca Juga
Advertisement
Adapun beberapa persyaratan untuk 5G adalah keberadaan carrier aggregation (CA), small cell, MIMO & QAM, beam forming, hingga full duplex dengan kecepatan unduh dan unggah antara 1Gbps hingga 10Gbps.
Sementara implementasi teknologi yang diterapkan untuk kemampuan 4G+ Smartfren sendiri sudah mencakup massive carrier aggregation, Multi Input Multi Output Antenna (MIMO), Quadratur Amplitude Modulations (QAM), dan beam forming (8T8R).
"Sebenarnya beberapa syarat teknologi 5G sudah dipenuhi di 4G+ Smartfren, tapi saya belum mengklaimnya karena memang masih ada teknologi yang belum dipenuhi. Saya lebih suka menyebutnya sebagai 4G+, tapi dengan syarat yang sudah dipenuhi dapat dikatakan sebagai pre 5G," tutur Munir.
Smartfren sendiri, menurut Munir, masih lebih fokus untuk meningkatkan layanan pada pelanggan. Oleh sebab itu, pihaknya tidak terburu-buru untuk memperkenalkan teknologi 5G.
"Fokus kami lebih ingin melayani pelanggan, jadi kami lebih meningkatkan layanan yang dapat dirasakan secara umum dan dibuktikan di lapangan," tuturnya.
Terlebih, pemanfaatan 5G hingga sekarang masih dalam tataran konsep dan belum ada pihak yang berhasil membuktikan teknologi ini sukses secara komersial.
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Target Smartfren untuk 5G
Namun, Munir mengakui Smartfren pasti akan mengarah ke teknologi 5G, mengingat Smartfren selalu mengikuti perkembangan teknologi yang ada saat ini. Akan tetapi, target waktu mengadopsinya tergantung dari sejumlah faktor.
"Targetnya Smartfren itu sederhana, yakni mengikuti perkembangan teknologi di dunia. Kapan dia datang dan kapan bisa diterapkan. Persoalannya, teknologi itu tidak serta merta bisa ditargetkan. Sementara di Indonesia, apakah sudah siap infrastrukturnya?," ujarnya menjelaskan.
Alasannya, Munir menuturkam, urat nadi 5G adalah fiber optic, sedangkan penetrasi jaringan fiber di Indonesia masih belum optimal. Karenanya, ini merupakan persoalan yang masih dihadapi tidak hanya oleh operator, tapi secara nasional.
Advertisement
Mengenal Teknologi 4G+ Smartfren
Sekadar informasi, kelebihan layanan 4G+ Smartfren dibanding layanan 4G biasa adalah kemampuannya secara real timemengatur situasi dan kondisi jaringan. Dengan kata lain, aliran lalu lintas data yang diberikan pengguna dapat lebih baik.
"Teknologi itu mampu meningkatkan kecepatan dan stabilitas trafik data 4G LTE, melalui menggabungkan kanal frekuensi, memperbanyak I/O gate di tiap BTS, dan mengantarkan paket data secara lebih efektif dan efisien," tutur Munir menjelaskan.
Meski demikian, layanan 4G+ dari Smartfren ini tetap harus diakses dari perangkat yang sudah mendukung. Munir menjelaskan, layanan ini dapat diterima di perangkat yang sudah mendukung LTE Cat.9.
"Nantinya, di indikator jaringan perangkat akan muncul tulisan 4G+. Tapi patokan kami bukan soal kecepatan, tapi handset yang sudah mendukung 4G+ dapat menikmati layanan kami lebih baik dari sebelumnya," ujarnya.
Sekadar informasi, penerapan teknologi Massive MIMO sendiri sudah dilakukan Smartfren sejak Februari 2018. Penerapan teknologi ini disebut menjadi Smartfren mengantisipasi bertambahnya pelanggan.
(Dam/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: