Liputan6.com, Jakarta - Sofwan, seorang penambal ban berusia 85 tahun, menginap di Hotel Lu'lat, Makkah saat haji. Tak pernah terbayangkan baginya bisa tidur di hotel mewah berlantai marmer.
Seperti dilansir dari laman www.kemenag.go.id, Kamis (16/8/2018), lelaki asal Semarang, Jawa Tengah, itu hanya tahu bahwa pergi haji berarti menjalankan ibadah yang sangat berat, yaitu ribuan orang berdesak-desakan saat tawaf, ratusan ribu orang berhimpit-himpitan saat melempar jamarat, serta jutaan orang berpanas-panas berkemah di Arafah dan Mina.
Advertisement
Dan jauh sebelum itu, mereka harus tinggal di ribuan pemondokan tak terurus, makan susah, mandi berebut, serta naik bus tanpa AC dengan bangku jelek dan sopir cerewet.
Bayangan buruk itu ternyata tak didapat Sofwan yang saat ini tinggal di lantai 14 hotel mewah di jantung kota suci Makkah. Setelah menabung sambil menunggu antrean haji selama 15 tahun, Sofwan kini merasa seperti raja minyak di hotel bertingkat 19 itu.
Pagi-pagi usai salat Subuh dia sudah bikin teh atau kopi, sambil menunggu sarapan pagi roti dan kue lainnya tiba. Pukul 11.00 waktu Arab Saudi (WAS) jatah makan siangnya sudah tiba dengan menu Indonesia yang berganti-ganti setiap hari.
Menunya ada nasi pecel plus telur dadar, bakso dan perkedel, sayur lodeh plus ikan asin, bahkan sayur asem dan tahu goreng, juga daging. Padahal, sebagian besar orang seusia Sofwan bahkan memohon-mohon agar menu daging dikurangi saking seringnya.
Sofwan, bersama 221.000 jemaah calon haji Indonesia lainnya yang tengah menunggu saat wukuf tiba, nyaris tak punya komplain dengan hotel-hotel bagus tempat mereka menginap.
Beberapa hotel bahkan menyediakan fasilitas fitness, game, dan cafe-cafe bernuansa romantis. Setiap hotel bahkan wajib punya tempat salat yang luas sebelum disewa dengan permadani-permadani tebal dan bersih.
Ketika perut mereka masih kenyang sejak tadi makan siang, pukul 17.00 WAS jatah makan malam tiba, juga dengan menu Indonesia yang tak kalah variasi. Jemaah calon haji tentu tak ada yang mau sakit.
Namun, jika kenyataan pahit itu harus mereka hadapi, dokter-dokter asal Indonesia dengan fasilitas rawat yang memadai telah tersedia di semua hotel, tanpa terkecuali.
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Perbaiki Fasilitas
Pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) memang telah berusaha keras memperbaiki semua fasilitas akomodasi, transportasi, dan katering jemaah haji semaksimal mungkin.
Di bawah komando Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Kemenag melakukan revolusi pelayanan ibadah haji besar-besaran sejak di penghujung era Susilo Bambang Yudhoyono lalu dilanjutkan di era Jokowi.
Survei kepuasan jemaah atas semua fasilitas itu dilakukan setiap tahun oleh Biro Pusat Statistik (BPS) dan hasilnya membuat decak kagum. Setiap tahun, indeks kepuasaan jemaah terus meningkat fantastis.
Hasil survei BPS itu tentu saja bisa diuji di lapangan. Jika berada di Makkah saat ini, Anda akan melihat selama 24 jam bus-bus mewah yang disewa pemerintah hilir mudik tanpa henti dari dan menuju Masjid Haram.
Sebagian besar jemaah ada yang baru keluar hotel langsung bisa naik bus, meski sebagian lain harus berjalan kaki dulu 50–100 meter karena letak hotel memang agak jauh dari jalan raya.
Mereka yang tinggal di Sektor Enam Mahbas Jin, misalnya, harus berjalan lewat terowongan penyeberangan dulu untuk mencapai bus, tapi mereka yang tinggal di Sektor Lima Mahbas Jin seolah punya bus sendiri yang setiap hari siap mengantar mereka salat berjemaah di depan Kakbah.
Advertisement
Sediakan Konsultan Haji
Jika di tahun-tahun sebelumnya hanya ada empat konsultan ibadah haji di Makkah dan dua konsultan di Madinah, kini bertambah. Untuk kali pertama, Kemenag menyediakan empat konsultan haji di Madinah dan 14 konsultan ibadah di Makkah.
Mereka adalah para profesor, doktor, master atau kiai yang dihormati karena penguasaan mereka atas ilmu fiqih. Semua konsultan itu disebar di 11 sektor yang ada, sedangkan tiga konsultan yang lebih berpengalaman menetap di Kantor Daerah Kerja (Daker) Makkah. Hampir sebulan kemudian, datang lagi lima konsultan susulan untuk membantu para konsultan yang datang lebih awal.
Inti tugas para konsultan itu adalah menjawab begitu banyak persoalan manasik haji yang dihadapi jemaah, mulai dari persoalan miqat (tempat awal berhaji atau berumrah), pakaian ihram dengan segala larangannya, tawaf, sai, wukuf, mabit, jamarat, dan banyak istilah manasik lain berbahasa Arab lain.
Maklum, kewajiban haji hanya sekali seumur hidup, jadi wajar banyak umat Islam tak akrab dengan ibadah yang satu ini. Nabi SAW hanya berhaji sekali seumur hidup, tapi jenis haji ada tiga. Ini saja sudah menimbulkan banyak perbedaan pendapat dalam mazhab-mazhab.
Setiap konsultan tentu tak sendirian melayani rata-rata 18.000 jemaah di setiap sektor. Masing-masing mereka ditemani satu petugas pembimbing ibadah. Tapi, berdua saja pun tak cukup melayani para jemaah.
Sebab itu, di setiap kloter juga terdapat petugas ibadah yang menyertai mereka sejak dari bandara masing-masing di tanah air sampai mereka kembali. Selain berceramah dari satu hotel ke hotel lain setiap hari dengan jadwal yang sangat padat, para konsultan ibadah haji itu masih dapat tugas piket di Masjid Harom.
Alasannya karena terlalu banyak jemaah yang tersesat di masjid raksasa itu karena kebanyakan mereka datang dari kampung dan baru sekali ke luar negeri, banyak juga yang terlepas dari rombongan saat bertawaf atau bersai lalu nyasar pulang.
Bahkan tak sedikit mereka yang menyerah di tengah jalan saat bertawaf atau bersai. Saat konsultasi ibadah berlangsung, sejumlah konsultan menemukan kasus saat jemaah laki-laki menggunakan pakaian ihram lalu melaksanakan umrah, ternyata mereka masih menggunakan celana dalam.