Mandi Matahari Pagi di Tengah Taman Bunga Matahari Boyolali

Setelah bunga-bunga matahari bermekaran, Kusuma (24) salah satu pemuda desa, memviralkan keindahan kebun bunga Ginting lewat media sosial, terutama Instagram dan Facebook.

Oleh SoloPos.com diperbarui 19 Agu 2018, 06:02 WIB
Pengunjung berfoto dan berjalan-jalan di Taman Purbo, Dukuh Gunung Wates, Desa Wates, Simo, Boyolali, Senin (13/8 - 2018). (Solopos/Nadia Lutfiana Mawarni)

Boyolali - Menikmati keindahan hamparan bunga matahari pada Minggu pagi ternyata mampu mengembalikan semangat untuk kembali beraktivitas pada awal pekan. Meski taman bunga matahari jarang ditemukan, tetapi keberadaan taman ini rupanya dicari-cari warga.

Sebenarnya, membudidayakan bunga matahari tidak terlalu sulit. Seperti cerita Ginting Sanjay Rayhan (43) yang mulai menanam bibit bunga matahari pada dua setengah bulan lalu.

Ginting  mulai menanam bibit bunga matahari di Dukuh Gunung Wates, Desa Wates, Simo, Boyolali. Letaknya, sekitar 1,5 km dari jalan raya Simo-Andong. Kebun seluas 1.000 meter persegi itu menempati tanah milik keluarga Ginting. Jalan menuju ke tempat itu masih banyak berlubang dan belum dibeton.

Ginting yang pernah terlibat dalam pembuatan Taman Dewari, Magelang itu awal tahun ini memutuskan pulang kampung untuk memulai usaha di bidang pembibitan bunga matahari.

Nantinya, setelah empat bulan, bunga matahari yang ditanam Ginting bisa dipanen. Bermodal Rp10 juta Ginting membeli hampir 5.000 bibit lokal sampai mengolah lahan. Hingga kini, lebih kurang 2.000 bibit yang berhasil tumbuh dalam dua kali masa tanam.

Dia melakukan perawatan dengan membubuhkan pupuk NPK tiga kali sebulan, dan menyiraminya tiap sepuluh hari sekali. Meski begitu, Ginting mengakui tak semua tanaman bunga mataharinya dapat tumbuh maksimal.

Serangan hama ulat dan jamur tak bisa dihindarkan. Bunga matahari yang bisa tumbuh maksimal akan memiliki diameter 20-25 cm, sementara yang tidak maksimal diameternya hanya sekitar 10-15 cm. Meski begitu ada dampak positif lain yang didapatkannya.

Setelah bunga-bunga matahari bermekaran, Kusuma (24) salah satu pemuda desa, memviralkan keindahan kebun bunga Ginting lewat media sosial, terutama Instagram dan Facebook. Masyarakat pun merespons dan berkunjung ke kebun bunga itu.

Melihat banyaknya pengunjung, Ginting bersama para pemuda desa mulai memoles kebun dengan pernak-pernik kekinian. Mereka membuat gapura sederhana selamat datang, beberapa spot swafoto, dan tulisan Taman Purbo berbahan bambu yang dicat merah. Ginting mengatakan nama Taman Purbo diambil dari nama lain bunga matahari.

"Dulu di daerah Gunung Kidul, DIY, tidak ada yang namanya bunga matahari. Warga menyebutnya kembang purbo," bebernya ketika berbincang dengan wartawan Solopos.com, Nadia Lutfiana Mawarni, Senin, 13 Agustus 2018, sore.

Ginting berharap Taman Purbo bisa membangkitkan aktivitas pemuda di lingkungan Desa Wates. Dia mengajak para pemuda ikut mengelola tempat wisata dengan membuat tiket dan melayani parkir. Dengan membeli tiket seharga Rp5.000 para pengunjung dapat puas menikmati keindahan bunga matahari sambil berswafoto.

Salah satu pengunjung, Wiwik Dwi Astuti, 36, mengaku sudah lama penasaran dengan keadaan Taman Purbo. "Awalnya cuma melihat unggahan teman di Instagram, ini kali pertama datang langsung," ujar warga Kedunglengkong, Simo, itu. Wiwik berharap Taman Purbo lebih tertata dan menyediakan lebih banyak spot swafoto.

 

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

 

Baca berita menarik lainnya dari Solopos.com di sini.

 

Simak video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya