Talempong Bertahan di Tengah Gempuran Alat Musik Kekinian

Proses pembuatan talempong tak mudah. Setidaknya 20 hari dibutuhkan hanya untuk mencetaknya saja.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Agu 2018, 05:03 WIB
Proses pembuatan talempong tak mudah. Setidaknya 20 hari dibutuhkan hanya untuk mencetaknya saja. (dok. wisata.sijunjung.go.id/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Bukittinggi - Usaha pembuatan alat musik tradisional Sumatera Barat (Sumbar), Talempong, tetap bertahan di tengah perkembangan gaya hidup modern.

"Mempertahankan usaha pembuatan Talempong adalah suatu kebanggaan karena dengan cara itu membantu menjaga kelestarian kesenian daerah," kata seorang perajin Talempong di Sungai Pua, Kabupaten Agam, Mabrur, Rabu, 15 Agustus 2018, dilansir Antara.

Talempong merupakan alat musik tradisional Sumbar yang dimainkan dengan cara dipukul dan biasa digunakan mengiringi tarian dan pertunjukan seni Minangkabau. Mabrur yang menekuni usaha itu sejak 2012 merupakan generasi ketiga.

Talempong terbuat dari kuningan. Proses pembuatannya cukup panjang. Butuh waktu hingga 20 hari untuk proses pencetakannya saja yang juga disebut proses lilin. Dalam proses itu, dibuat pola ukiran pada Talempong sesuai pesanan pembeli.

Selanjutnya proses pembakaran cetakan menggunakan batu bara. Saat cetakan masih panas, bahan kuningan yang sudah dilebur dituang ke dalam cetakan hingga terbentuk talempong. Dalam dua bulan, Mabrur mampu memproduksi 100 buah.

Setiap Talempong memiliki nada yang berbeda. Untuk menyetelnya, dilakukan dengan cara dipukul pada bagian bundar yang menonjol untuk menaikkan nada dan bagian sekeliling yang lebih rendah untuk menurunkan nada.

"Ketika menyetel ini juga agak rumit. Salah setel nadanya tidak sesuai sehingga harus sangat teliti, mesti pakai perasaan," ujarnya.

Biasanya pemesan alat musik tersebut adalah dari sekolah-sekolah dan sanggar tari. Harga setiap satu Talempong yaitu Rp 195 ribu untuk Talempong berukir dan Rp 185 ribu untuk talempong polos.

"Ada yang langsung pesan satu set terdiri dari 24 melodi dan 16 rhytm, umumnya sanggar tari kebanyakan dari Jakarta. Ada pula yang pesan cuma beberapa nada tertentu," tuturnya.

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

 

 


Tak Selalu Ramai

Para penabuh gamelan laras pelog dari Laskar Agung Macan Ali tengah beraksi di posko mudik. (foto : Liputan6.com / panji prayitno)

Pemesanan alat musik Talempong, ujarnya, tidak selalu ramai. Namun, ia selalu menyediakan barang yang sudah siap dijual di rumahnya yang berada di Jorong Tangah Koto, Nagari Sungai Pua, Kecamatan Sungai Pua, Agam.

"Usaha Talempong memang tidak seperti usaha kuliner yang tiap hari jual-beli terus. Sekarang sudah ada rencana membuat suvenir jika pemesanan talempong sedang sepi," ujarnya.

Dengan dibantu dua orang karyawan, selain memproduksi talempong, Mabrur juga memproduksi alat musik dan peralatan lain berbahan kuningan seperti canang, gong, dan wadah untuk meletakkan sirih atau carano. Gong buatan Mabrur diminati oleh masyarakat Pekanbaru, Riau.

Dalam menjalankan usahanya, ia mengatakan sudah pernah mendapat bantuan peralatan dari pemerintah daerah setempat. Sementara untuk bantuan berpromosi, dirinya jarang menyanggupi karena peralatan yang dibawa bobotnya cukup berat.

"Untungnya usaha ini sudah berjalan turun temurun, cukup orang yang sudah tahu. Tapi saya tetap berpromosi juga sesekali lewat media sosial," katanya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya