Liputan6.com, Pekanbaru - Dalam sekejap, 900 hektare lahan perkebunan sawit di Desa Tanjung Leban, Kabupaten Rokan Hilir, berubah jadi abu. Api yang muncul sejak Selasa petang, 14 Agustus 2018 itu sulit dikendalikan karena warga setempat tak punya alat pemadam yang memadai.
Kebakaran itu juga menyentuh ke pemukiman. Akibatnya, 20 rumah semi permanen, termasuk sebuah mobil dan dua sepeda motor, hangus tak terselamatkan. Ribuan warga di sana dinyatakan tengah terpapar asap sehingga butuh bantuan untuk dievakuasi.
"Untuk warga yang rumahnya terbakar sudah mengungsi ke rumah keluarganya di Bagan Batu dan Simpang Kanan," kata Sekretaris Desa Tanjung Leban, Wandri, dihubungi dari Pekanbaru, Kamis (16/8/2018) siang.
Wandri berharap pemerintah setempat memberikan bantuan seperti masker dan sandang serta pangan karena lokasi kebakaran tergolong sulit diakses. Warga juga disebut Wandri butuh bantuan sosial.
Baca Juga
Advertisement
"Bantuan sosial bagi rumahnya yang terbakar, sudah tak ada lagi tempat tinggalnya," imbuh Wandri.
Wandri menceritakan, selama ini warga menggantungkan hidupnya dari berkebun sawit. Namun kini, sawit yang sudah mulai berbuah itu tak akan bisa digunakan lagi karena harus ditanam baru.
Selama ini, sebelum terjadi kebakaran, setiap warga bisa memanen hingga dua ton sawit per bulannya. Sawit menjadi satu-satunya mata pencaharian dari 800 kepala keluarga yang di sana.
Wandri menyebutkan, kebakaran diduga disengaja karena sebelumnya ada pembersihan lahan kosong dari desa tetangga. Padahal, pihak desa sebelumnya sudah mengimbau serta menyebar selebaran agar tak membakar jika membersihkan lahan.
"Tapi dibakar juga ketika membersihkan lahan," katanya.
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Water Bombing
Hingga Kamis siang, api memang sudah tidak ada lagi. Hanya tersisa asap serta pendinginan supaya bara api di dasar gambut tak terpantik lagi menimbulkan kebakaran.
Menurut Wandri, sulitnya memadamkan api hingga mencapai 900 hektare karena sulitnya sumber air. Ditambah lagi aparat desa hanya punya empat mesin air.
Saat api berkobar, ada satu helikopter melintas dan sempat melakukan water bombing. Hanya saja, heli ini langsung pergi ketika api belum terkendali.
"Cuman sebentar saja datangnya lalu pergi," ucap Wandri.
Menurut Wandri, daripada menyewa helikopter, sebaiknya Pemerintah Provinsi Riau memperbanyak bantuan mesin air di lokasi rawan terbakar. Pasalnya, warga merupakan orang paling dekat dengan lokasi kebakaran.
Wandri menyebut kebakaran lahan tahun ini lebih parah dari 2014. Saat itu, api tak sampai ke permukiman meski banyak pohon sawit yang terbakar.
"Ini ada lebih parah karena rumah ada yang terbakar," katanya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement