Liputan6.com, Jakarta Pemerintah berencana merevisi sistem pengembalian pajak (tax refund) untuk wisatawan mancanagera (wisman). Hal ini dalam rangka menggenjot pertumbuhan pariwisata di dalam negeri.
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengungkapkan, selama ini salah satu faktor yang membuat Indonesia kalah dengan negara lain dalam sektor pariwisata terkait tax refund.
Advertisement
Kemudahan dalam mengurus tax refund dinilai menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke suatu negara.
"Jadi kita sudah berlaku tax refund itu 10 persen kembalikan. Namun 1 bon Rp 5 juta (baru bisa mendapatkan tax refund). Padahal di negara pesaing itu setara dengan Rp 1 juta (dalam satu bon). Contoh di Singapura, 100 dolar Singapura sudah boleh (refund)," ujar dia di Gedung MPR/DPR, Jakarta, Kamis (16/8/2018).
Hal ini, lanjut dia, yang membuat Indonesia kalah bersaing dengan negara lain, seperti Singapura dalam menarik minat wisatawan mancanegara untuk berkunjung.
"Sehingga kita kurang kompetitif. Kita inginkan atau industri mengusulkan. Sehingga nanti kita bisa jadi surga belanja dari pada devisa kita keluar ke lain, mending orang asing yang datang ke Indonesia untuk belanja," jelas dia.
Menurut Arief, pihaknya telah berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) untuk membahas ini. Dia berharap revisi ini bisa segera selesai sehingga bisa lebih cepat menarik wisatawan mancanegara untuk datang ke Indonesia.
"Kita terus dengan Kemenkeu. Terakhir Kemenkeu untuk SOP diharapkan bulan ini selesai. Lalu dari (total belanja) Rp 5 juta optimis, Rp 10 juta agak susah karena ada di UU. Yang mungkin dilakukan adalah dengan Perpu. Atau Rp 5 juta itu ditotal, tidak dalam satu bon. Kalau dalam satu bon kita sudah kalah dengan negara lain," tandas dia.
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Devisa Pariwisata Ditargetkan Capai USD 17 Miliar Tahun Ini
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menilai jika industri pariwisata bisa menjadi penyumbang devisa terbesar. Pada tahun lalu, pariwisata mampu menyumbang devisa sebanyak USD 15 miliar.
"Karena diketahui industri pariwisata industri paling mudah dan murah untuk dapatkan devisa jadi tahun 2017 itu USD 15 miliar," kata Menpar Arief saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (16/8/2018).
Angka tersebut meningkat dari tahun 2016 yang sebesar USD 13,5 miliar. Sementara itu, ada tahun ini devisa dari industri pariwisata ditargetkan mencapai hingga USD 17 miliar.
"Tahun ini diproyeksikan USD 17 miliar. Tahun 2019 sebesar USD 20 miliar. Ketika USD 20 miliar maka diharapkan pariwisata sudah menjadi penghasil devisa terbesar," ujarnya.
Beberapa hal yang dilakukan untuk menggenjot industri pariwisata adalah memperluas promosi dan pemasaran, pengembangan destinasi-destinasi wisata yang baru serta pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.
Dia mengungkapkan, ketiga terobosan tersebut terbukti mampu mendongkrak jumlah kunjungam wisatawan mancanegara ke Indonesia.
"Kalau pemasaran sudah tahu salah satu paling tinggi tumbuhnya di dunia, tahun 2016 ke tahun 2017 tumbuh tinggi 22 persen. Tahun ini diharapkan tumbuh 20 persen namun sampai Juni tumbuh 14 persen. Baru dapat 7,5 juta (kunjungan) dari harapan 17 juta. Kalau 7,5 juta dua kali (berarti) angka 15 juta, aman. Tapi target 17 juta," jelas dia.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Advertisement