Liputan6.com, Kerala - Banjir yang disebabkan oleh hujan lebat di negara bagian Kerala, India selatan menelan korban jiwa. Sedikitnya 73 orang tewas.
Seperti dikutip dari BBC, Kamis (16/8/2018), pihak berwenang mengatakan bahwa banjir tersebut juga menutup bandara. Aktivitas di sana lumpuh, sementara lebih dari 85.000 orang kehilangan tempat tinggal.
Advertisement
Bandara Internasional Cochin, salah satu bandara tersibuk di India, telah ditutup hingga 18 Agustus karena landasan pacu terendam banjir.
Pemerintah negara bagian Kerala mengatakan, banyak dari mereka yang tewas akibat tertimbun puing dari tanah longsor.
Departemen Meteorologi India telah mengeluarkan peringatan 'level merah' di negara bagian tersebut.
Operasi penyelamatan sedang berlangsung dan pemerintah federal mengirimkan pasukan tambahan untuk membantu upaya penyelamatan warga setempat.
"Kami menyaksikan sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Kerala. Hampir semua bendungan sekarang dibuka. Sebagian besar instalasi pengolahan air kami terendam, motornya rusak," kata Menteri Utama Pinarayi Vijayan.
Dia menambahkan bahwa kegagalan pemerintah negara bagian Tamil Nadu yang bertetangga untuk melepaskan air dari bendungan semakin memperburuk situasi.
Pada hari Rabu saja, negara bagian itu melaporkan 25 kematian. Pihak berwenang pun memperingatkan bahwa jumlah korban kemungkinan akan meningkat.
Perdana Menteri India dan Menteri Dalam Negeri, keduanya menawarkan bantuan federal kepada negara.
Sekolah di seluruh distrik Kerala -- 14 distrik -- telah ditutup, sementara beberapa distrik melarang wisatawan datang terkait masalah keamanan.
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Saksikan juga video berikut ini:
Banjir Besar Terjang Lokasi Wisata di India
Puluhan orang dilaporkan tewas, dan lebih dari 40.000 lainnya dievakuasi, menyusul banjir bandang yang "tidak pernah terjadi sebelumnya" melanda kawasan wisata di selatan India pada akhir pekan lalu.
"Setidaknya 37 orang tewas sejak hujan lebat muson pertama kali melanda negara bagian Kerala pada Rabu, 8 Agustus 2018," ujar P.H. Kurian, Komisaris Komisi Keselamatan setempat.
Wilayah yang dilanda bencana tersebut berada di pesisir Laut Malabar yang beriklim tropis, dan terkenal karena jaringan saluran air yang indah, demikian sebagaimana dikutip dari CNN pada Senin 13 Agustus 2018.
Sekitar 40.000 orang lainnya yang tinggal di area dataran rendah kini telah dievakuasi ke 350 kamp pengungsi, karena hujan lebat menyebabkan tanah longsor dan aliran sungai meluap.
Hujan musim dingin diperkirakan akan terjadi di India sepanjang tahun ini. Namun setelah hari-hari hujan lebat yang tidak normal, pihak berwenang pada Jumat, 10 Agustus 2018, membuka pintu bendungan dalam upaya untuk mencegah kemungkinan banjir meluas.
"Negara kami berada di tengah-tengah bencana banjir yang belum pernah terjadi sebelumnya," jelas menteri utama Kerala Pinarayi Vijayan, dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat.
"Untuk pertama kalinya dalam sejarah, 27 bendungan di negara bagian Kerala harus dibuka. Tidak pernah sebelumnya kami menyaksikan bencana sebesar ini," menteri itu menambahkan.
Lebih dari 400 pekerja penyelamat dari Lembaga Tanggap Darurat Nasional (NDRF) telah dikerahkan untuk membantu upaya evakuasi, menurut Kementerian Dalam Negeri India.
Lebih banyak tentara, angkatan laut dan penjaga pantai juga telah dikirim untuk membantu.
Menurut Departemen Meteorologi India, meski hujan mulai reda dalam beberapa hari terakhir, namun badai besar diprediksi masih mungkin terjadi dalam seminggu ke depan.
Dikabarkan pula bahwa sejumlah wisatawan terperangkap banjir di Keral, termasuk 54 turis asing yang berhasil diselamatkan dari resor pribadi Plum Judy pada hari Jumat.
Advertisement