Mazda: Mobil Listrik Tak Lebih Ramah Lingkungan Dibanding Bensin

Mazda nampaknya belum begitu fokus menggarap kendaraan bermesin listrik.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Agu 2018, 19:01 WIB
Logo Mazda (Foto: ryylxjw.com).

Liputan6.com, Jakarta - Mazda merupakan salah satu pabrikan mobil yang begitu semangat mengembangkan inovasi, mulai dari fitur keselamatan, efisiensi, hingga kesenangan berkendara. Hanya saja, Mazda nampaknya belum begitu fokus menggarap kendaraan bermesin listrik.

Padahal, produsen lain gencar berusaha mencari tenaga penggerak dengan sumber energi terbarukan. Selain mobil listrik, ada pula mobil bertenaga hidrogen fuel cell. Bukan cuma enggan menyentuh teknologi listrik, Mazda justru sibuk mencari sejuta cara untuk membuat mesin pembakaran konvensional menjadi lebih hemat bahan bakar dan ramah lingkungan.

Skyactiv jadi fokus pengembangan yang dilakukan Mazda untuk menuju visinya itu. Selain menciptakan mesin Skyactiv-G yang berbahan bakar bensin, Skyactiv-D (diesel), Mazda bahkan sampai menciptakan mesin perpaduan keduanya Skyactiv-X. Tak perlu dipungkiri ada peningkatan efisiensi dan pengurangan emisi, namun tetap saja masih mengonsumsi bahan bakar fosil yang tak ramah lingkungan.

Pengembangan dan riset yang dilakukan untuk semua itu tidaklah murah. Bukan perkara mudah pula menemukan solusi yang rumit, hanya sekadar mengoprek teknologi kuno mesin pembakaran konvensional. Menghitung angka rasio kompresi yang ideal, mencari bentuk permukaan kepala piston yang tepat sampai bersusah payah menemukan solusi terbaik dari mesin compression ignition getol mereka lakukan.

Apa alasan di balik semua usaha dan investasi besar itu? Mengapa Mazda tak mengikuti langkah produsen mobil lainnya dengan mengadopsi teknologi penggerak listrik yang sudah terbukti efektif digunakan di beberapa negara? Kebetulan di acara media workshop Mazda (4/8) Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2018, kami bertemu dengan Susumu Niinai, General Manager ASEAN Business Office, Mazda Motor Corporation.

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Selanjutnya

Niinai San menjawab, “Memang usaha yang dilakukan tidak mudah dan murah, makanya banyak produsen mobil lain yang mengambil jalan pintas dengan mengadopsi teknologi listrik atau hybrid. Beralih ke mobil listrik bukan berarti menghapus emisi kendaraan. Pasalnya produksi listrik di mayoritas negara di dunia masih mengandalkan energi fosil. Selain tidak terbarukan, proses produksinya pun mengeluarkan emisi yang tak sedikit.”

Lebih lanjut ia bilang, setelah dihitung-hitung, emisi proses produksi listrik untuk menghasilkan energi menggerakkan mobil, sama saja dengan emisi yang dikeluarkan mobil bermesin bensin. “Mobil listrik Tesla Model 3 kalau dihitung konsumsi energi listriknya menghasilkan emisi yang sama per km dengan Mazda3 bermesin bensin kami,” tegasnya.

Boleh Mazda berasumsi demikian, namun menghitung komparasi emisi sampai ke proses produksi itu tak boleh dipandang semudah itu, karena melibatkan banyak faktor. Contohnya, mobil bermesin bensin punya lebih banyak komponen dibanding mobil listrik. Mobil listrik tak perlu radiator, selang-selang pendingin, mesin pembakaran, tangki bensin dan lainnya. Setiap produksi komponen, pasti ada emisi yang dibuang.

Mobil listrik punya lebih sedikit komponen sistem penggerak. Makanya kap mesin mobil listrik banyak yang kosong. Artinya proses produksi mobil listrik yang melibatkan lebih sedikit komponen tak lebih besar emisinya dari mobil bermesin bensin. Hal ini sepertinya juga harus dimasukkan ke dalam komponen perhitungan oleh Mazda.

“Kami bukannya tidak, tapi juga sudah punya mobil bermesin hybrid. Memang baru dijual di Jepang saja. Teknolgi hybrid itu hasil kerjasama kami dengan Toyota. Kami juga punya visi masa depan untuk mengembangkan lebih banyak lagi mobil hybrid,” lanjut Niinai.

Apapun alasan Niinai, pokoknya kami tunggu mobil listrik Mazda. Tapi kami titip pesan agar Mazda tetap melanjutkan pengembangan untuk mesin pembakaran. Sistem penggerak kuno itu masih memiliki hati di banyak car enthusiast sejati di seluruh dunia, termasuk kami.

Sumber: Oto.com

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya